Mohon tunggu...
chalifa chairunnisa
chalifa chairunnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya suka mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Komunikasi Terapeutik pada Siswa Penyandang Autisme: Penerapan dalam Konteks Pendidikan

30 Juli 2024   13:57 Diperbarui: 30 Juli 2024   14:05 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Autisme merupakan suatu gangguan tumbuh kembang anak berupa kurangnya cara berkomunikasi dan penyampaian ekspresi yang dialaminya. Komunikasi dan bahasa anak autis sangat berbeda, baik verbal maupun nonverbal. Kebanyakan dari mereka susah untuk mendapat teman di lingkungan sekolah karena dianggap berbeda dengan anak-anak yang lain. Maka dari itu, peran kita sebagai guru untuk membantu mereka melakukan komunikasi dan berekspresi di sekolah sangatlah penting. Penerapan komunikasi terapeutik merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut.

Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal yaitu komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal dan nonverbal (Mulyana, Deddy, 2005). Komunikasi ini bertujuan agar konseli dapat beradabtasi dan merasa nyaman, yang pada akhirnya bisa mempercepat penyembuhan. Komunikasi terapeutik memiliki beberapa keterampilan yang dapat digunakan, yaitu

  • keterampilan attending

Keterampilan ini menyangkut dengan perhatian dan kesiagapan penuh yang diberikan konselor. Bisa berupa verbal maupun nonverbal yang bertujuan agar konseli merasa diterima dan memberikan rasa nyaman. Komunikasi verbal sangat penting untuk perkembangan sebuah hubungan karena mudah dimengerti. Ini bisa berupa penggunaan kata dengan intonasi yang benar, tidak berbelit-belit, dan pemilihan kata yang tepat. Dengan menggunakan bahasa yang sederhana, hal ini akan membuat penyandang autisme mengerti apa yang sedang dibicarakan. Sedangkan komunikasi nonverbal bisa berupa gerakan tubuh, jarak antara koseli dan konselor, senyuman, tatapan mata, ekspresi wajah, dan memberikan simbol-simbol lainnya. Dengan ini, diharapkan penyandang autisme dapat merasa nyaman saat melakukan konseling kepada kita.

  • keterampilan membuka percakapan

Sebagai konselor kita harus mengawali sebuah percakapan agar terjalannya proses konseling. Keterampilan ini juga penting untuk membangun hubungan awal dengan konseli. Dengan kita membuka percakapan terlebih dahulu, itu bisa membantu siswa penyandang autisme merespon apa yang ingin kita bicarakan. Saat melakukan percakapan sebaiknya saling melakukan kontak mata.

  • keterampilan bertanya

Konselor membantu memperoleh pemahaman dengan pertanyaan terbuka maupun tertutup, tetapi sebaiknya gunakan lebih banyak pertanyaan terbuka karena lebih leluasa untuk menjawab.  

  • keterampilan empati

sumber: kelanakids.com
sumber: kelanakids.com

Keterampilan empati ini juga berguna untuk memahami perasaan atau emosi konseli. Keterampilan ini bisa berupa peduli dengan kehidupan dan lingkungan konseli, berbagi rasa, memperhatikan pikiran, perasaan, dan tindakan yang dilakukan konseli.

  • keterampilan merangkum

Keterampilan untuk mengungkap kembali pokok pikiran dan perasaan konseli yang masih berantakan. Keterampilan ini berguna untuk memperjelas emosi konseli, meninjau apakah proses konseling berjalan dengan lancar dan sesuai.

Akan berguna jika kita meringkas apa yang telah diberikan untuk memberikan 'paket rapi' kepada klien yang dapat mereka selesaikan, dengan perasaan dipahami karena ringkasannya sesuai dengan materi mereka. Demikian pula, rangkuman merupakan kesempatan bagi klien untuk berkata, 'Tidak, bukan seperti itu; seperti ini.' Hal ini juga bagus bagi konselor karena memungkinkan Anda menyelaraskan kembali posisi Anda dan sepenuhnya berada dalam kerangka acuan klien. Kelly (2017: 10))

Nah, jadi itu tadi keterampilan-keterampilan dalam komunikasi terapeutik yang bisa kita gunakan untuk membantu siswa penyandang autisme bisa berekspresi dan melakukan komunikasi dengan lancar. Sekarang para orang tua tidak perlu khawatir memberikan pendidikan yang layak untuk buah hatinya, karena para guru akan berusaha semaksimal mungkin untuk membantu mereka agar bisa ikut berbaur dengan teman-teman tanpa adanya perbedaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun