Mohon tunggu...
Anak Kampoeng
Anak Kampoeng Mohon Tunggu... -

Hanya ingin menulis apa yang aku pikirkan dan aku rasakan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Redup Sinar Kasih

14 Mei 2012   04:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:19 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Gelap melanda kota ini
Sejak kepergiannya....
Entah kemana ia pergi....
Sapaan hangat paginya dari ufuk timur tak pernah lagi ada.

Kota ini diam...
Kota ini lesuh...
Kota ini menangis, merabah dan tertatih dikegelapan.
Ternyata cahaya itu tak akan kembali...
Entah sampai kapan...

Pagi ini dari ufuk barat
Terpancar sinar yang tak lazim...
Semua mata memandang...
Pandangan-pandangan penuh harap ...
Walau harus dari barat ..
Biarlah sinar itu mengobati kegalauan ini....

Sinar itu perlahan semakin terang..
Walau tak seterang yang telah pergi...
Tapi lebih dari yang telah pergi.....

Harapan semakin menebal...
Keyakinan semakin kokoh...
Hari-hari cerah pasti akan kembali...
Tak ada lagi rintihan...
Tak ada lagi teriakan....

Namun apa yang terjadi..
Seberkas sinar itu perlahan redup...
Perlahan mengecil dan menghilang diufuk barat.

Kota ini semakin berduka...
Mungkinkah ini takdir..
Atau ini hukuman....
Semua tak tau.....

Harapan kembali pada titik awal...
Dan terhempas lebih jauh dari titik awal harapan...
Akankah sinar ufuk timur akan kembali..???
Akankah sinar ufuk barat akan kembali tanpa ragu bersinar???
Ataukah ada sinar lain yang akan menerangi kota itu...
Tak ada yang tau....
Aku sekalipun...

Calangona/Ramdani, Batua 4, 020910

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun