Direktorat Jenderal Pajak menjadi sorotan publik dalam beberapa waktu terakhir. Kasus makelar kasus yang melibatkan salah satu pegawainya, Gayus Tambunan, sangat memukul DJP di tengah gencarnya mengakampanyekan diri sebagai institusi yang bersih. Beragam komentar bermunculan dari masyarakat sampai dengan adanya gerakan untuk melakukan boikot membayar pajak. Sungguh, saya pribadi sebagai salah satu pegawai DJP merasakan kesedihan yang luar biasa. Sinar reformasi DJP seketika langsung pudar (kalau tidak mau dikatakan padam) dengan kasus uang 25 M.
Mulai orang tua, adik, tante, teman SMA, tetangga, semua langsung menodongkan pertanyaan yang hampir sama . Apakah semua orang pajak itu tingkah lakunya seperti seorang Gayus Tambunan ?? Terus terang saya merasa geram dengan pertanyaan tersebut, dan saya yakin sikap saya didukung oleh mayoritas pegawai DJP. Oknum, saudara-saudara... itu hanya ulah oknum, ulah manusia serakah yang dengan rela hati tega menciderai semangat perubahan yang sedang dikobarkan.
saat ini pemeriksaan internal sudah dilakukan, salah satu keputusannya adalah DJP memberhentikan tidak dengan hormat Gayus Tambunan sebagai pegawai DJP. Disamping itu, pemeriksaan terhadap orang-orang di sekeliling GT yang dianggap ikut terlibat perbuatan nista itu juga masih berjalan.
Dalam kesempatan ini, saya ingin menyampaikan surat terbuka Direktur Jenderal Pajak kepada semua pegawai DJP di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke :
"Yang saya cintai, para pegawai Direktorat Jenderal Pajak (DJP) di mana pun Saudara bertugas, hari-hari terakhir ini institusi kita mendapat ujian berat. Upaya kita selama bertahun-tahun untuk membangun DJP menjadi institusi publik yang modern dan dapat dipercaya, dihancurkan oleh ulah satu oknum pegawai. Masyarakat menjadi ragu terhadap modernisasi, gerakan anti pajak mengemuka, dan di kalangan internal DJPperistiwa itu dapat mengakibatkan demoralisasi serta demotivasi bagi para pegawai.
Menghadapi situasi yang berkembang akhir-akhir ini, saya ingin menyampaikan beberapa hal sebagai berikut:
- Bahwa reformasi di DJP harus terus berjalan!! Ini adalah perjuangan kita, sehingga sebesar dan seberat apapun ujian yang akan kita hadapi, kita akan menghadapi bersama-sama dan saya dengan bangga dan sungguh-sungguh akan memimpin perjuangan kita ini!
- Bahwa proses hukum administrasi, yaitu pemeriksaan atas indikasi pelanggaran disiplin dan kode etik terhadap oknum pegawai tersebut akan diselesaikan sesegera mungkin oleh Kantor Pusat DJP, dan tidak akan ada toleransi sedikitpun terhadap pelanggaran yang dilakukan;
- Peristiwa ini menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua untuk kembali merapatkan barisan, saling mengingatkan, saling menjaga, dan cepat melaporkan apabila Saudara menemukan adanya indikasi pelanggaran terhadap kode etik maupun disiplin pegawai;
- Peristiwa ini juga menjadi contoh nyata, bahwa sebagai aparat DJP, apa yang kita lakukan sebagai pribadi tidak terlepas dari posisi kita sebagai Pegawai Negeri Sipil di DJP yang berkewajiban untuk menjaga nama baik institusi. Saya ingatkan kembali, jangan pernah ada yang berani coba-coba untuk mencederai semangat luhur modernisasi DJP, karena tidak akan ada ampun bagi yang melakukannya;
- Mari bersama-sama kita bangun kembali kepercayaan masyarakat melalui tindakan nyata dengan mengamalkan nilai-nilai organisasi DJP yakni Profesionalisme, Integritas, Teamwork dan Inovasi (PASTI).
Teman-teman pejuang pajak dari Sabang sampai Merauke, Saya sampaikan apresiasi sebesar-besarnya kepada seluruh pegawai yang sampai saat ini tetap mempertahankan komitmen menjaga integritasnya. Tetaplah berjuang dengan semangat militan, junjung tinggi martabat dan kehormatan DJP, layani Wajib Pajak sebaik mungkin, dan tetap amankan target penerimaan yang telah dibebankan kepada kita bersama.
Niatkan pekerjaan Saudara sebagai ibadah dan persembahan terbaik Saudara kepada Sang Pencipta."
PS :
Ada cerita dari seorang teman yang kebetulan berkantor di Kantor Pusat DJP, Dia berangkat kerja naek metro mini. Ketika sampai di halte depan kantornya, sang kenek tidak berteriak "pajak...pajak.." seperti biasanya, teriakannya ketika metromini hendak merapat menjadi "gayus...gayus...gayus..". Aih, ternyata dampaknya sangat-sangat sistemik...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI