Jika tidak ada aral melintang Pilkada DKI Jakarta akan berlangsung Rabu, 11 Juli 2011 lusa. Pilkada DKI menjadi panggung nasional karena banyaknya keterlibatan para elit Partai Politik. Bagi masyarakat Jakarta yang penting permasalahan besar yang selama ini mereka rasakan bisa diselesaikan. Namun keinginan masyarakat Jakarta ini bisa jadi hanya sekedar mimpi, bisa juga menjadi kenyataan. Ini tergantung bagaimana sikap warga Jakarta dalam memilih siapa pemimpin yang mereka yakini dapat mengatasi masalah mereka.
Banyak kalangan yang meragukan kejujuran dalam pilkada kali ini, isu-isu politik uang jauh-jauh hari sudah bau tercium menyengat. Operasi-operasi bawah tanah (intelijen) juga sudah dirasakan baik dalam bentuk putih bersih(white campaign) , abu-abu maupun dalam bentuk hitam kelam (black campaign).
Secara teori bahwa untuk menciptakan pemerintahan yang bersih diperlukan pemimpin yang berhati mulia, cinta pada rakyatnya, punya integritas, kemampuan yang diatas rata-rata serta jiwa kepemimpinan. Namun teori diatas tidak berlaku bagi rakyat yang sedang lapar, bodoh dan apatis terhadap keadaan. Kondisi terakhir inilah yang masih banyak di idap oleh sebagian masyarakat Jakarta.
Kita semua berharap kondisi masyarakat Jakarta seperti diatas tidak ada lagi minimal berkurang untuk pilkada kali ini, sehingga Jakarta sebagai Ibukota negara menemukan seorang pemimpin yang mampu membawa perubahan terutama bagi masyarakat Jakarta.Masyarakat Jakarta memilih dengan hati nurani, bukan karena mendapatkan ratusan ribu rupiah dari sang kandidat yang bermain curang untuk mengejar nafsu serakahnya. Ingat, waktu 3-5 menit kita memilih di TPS menentukan kehidupan kita 5 tahun kedepan.
Sekarang bola ditangan masyarakat Jakarta, para kandidat telah berupaya secara maksimal untuk menyakinkan masyarakat jakarta selama ini. Mau Jakarta Berubah atau tidak ???
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H