Mohon tunggu...
Chairul Fajar
Chairul Fajar Mohon Tunggu... -

hanya warga negara biasa yang ingin negrinya hidup makmur sejahtera,

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perang Identitas dan Bangsa yang Terbelah

8 Desember 2017   22:23 Diperbarui: 9 Desember 2017   15:56 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya selalu bangga saat menyebut bahwa saya orang Indonesia, saya selalu melihat Indonesia adalah miniatur dunia, tempat bergam budaya, peradaban, dan agama-agama besar bertemu,  bersatu membentuk sebuah jalinan harmonis dalam ikatan sebagai saudara sebangsa dan senegara.

Namun mungkin benar memang Indonesia bukan hanya miniatur dunia dalam kondisi idealnya tetapi juga dalam kondisi tidak idealnya.

Dunia saat ini terkoyak dalam perang dan konflik yang berakar pada identitas baik itu identitas etnis, budaya maupun agama, dan sebagai miniatur, Indonesia mengalami hal yang sama.

Yang sungguh membuat konflik ini semakin tidak "Berkualitas" adalah latar belakang pengobaran "perang Identitas" saat ini lebih dikarenakan dijadikannya Identitas oleh para politisi sebagai alatnya merenggut kekuasaan dan menjatuhkan lawan.

Perang identitas yang dikobarkan berhasil karena 3 faktor, politisi yang teramat jahat, dan ambisius, informasi yang bias, dan masyarakat yang bodoh.

Politisi yang menggunakan perang identitas sebagai alat merebut kekuasaan adalah politisi yang amat jahat dan akan menjadi pemimpin yang amat buruk. karena dia rela membelah bangsanya hanya untuk merebut kekuasaan, dan bisa dibutuhkan ambisi gang sangat besar untuk bisa sejahat itu,

Berita Bohong dan Ujaran kebencian bertebaran dimana-mana, terutama dimedia-media sosial, ditambah lagi tidak adanya kesadaran dan tanggungjawab terhadap apa yang dibagikan membuat seseorang bisa membuat ratusan akun dan menyebarkan berita hoax dan ujaran kebencian.

Masyarakat pun secara tidak sadar kalau mereka dan identitas yang mereka pegang sebenarnya hanya dijadikan komoditas oleh politisi, semangat mereka dibakar untuk membela identitas yang mereka pegang. perang suci memperjuangkan identitaspun dikobarkan, berita bohong yang mereka terima tanpa disaring dan dicek kebenarannya selama sesuai dengan misi perang suci memperjuangkan identitaspun mereka bagikan pada kerabat, tidak ada lagi etika demi identitas meskipun tanpa mereka sadari bahwa apa yang mereka lakukan justru bertentangan dengan prinsip-prinsip identitas yang mereka perjuangkan.

Oleh para martir identitas, blog dan akun media sosial menjadi sumber berita yang valid, bahkan lebih valid dibanding situs berita resmi yang kode etik jurnalistiknya bisa dimintai pertanggungjawaban, karena mereka tidak butuh pertanggungjawaban kode etik, mereka hanya butuh berita yang bisa menjadi buster perjuangan suci mereka menegakan Identitas.

Perang Suci demi Identitas pun terkadang membuat para martir bersikap kejam dengan saudara yang memiliki Identitas yang sama dengan mereka  namun berbeda padangan soal Perang Identitas.

Saat prinsip-prinsip identitas yang mereka perjuangkan sendiri mereka abaikan, maka jangan harap mereka untuk sekedar merenung apakah tindakan mereka benar untuk memperjuangkan identitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun