Sayup adzan maghrib berkumandang, bersahutan dari mushalla dan masjid di sekitar rumahku. Seperti biasa, seusai adzan, para jamaah di mushalla dan masjid itu menembangkan sholawat atau syair-syair dakwah lain. Dan salah satunya adalah Lir-ilir. Tembang ini merupakan tembang dakwah yang mengandung sarat makna filosofis. Dikenal luas merupakan hasil gubahan Sunan Kalijaga.
Sunan Kalijaga seperti halnya Sunan-Sunan lain dalam Wali Songo, berdakwah dengan pendekatan yang sangat menghargai kearifan lokal. Gamelan dan Wayang dikenal merupakan beberapa alat dakwah beliau. Banyak gubahan hasil karya beliau, namun yang paling kita kenal mungkin adalah Lir-ilir ini. Ditembangkan dalam bahasa jawa, yang gaya bahasanya sekarang masih dapat ditemui dalam bahasa jawa pesantren tradisional.
Berikut ini adalah lirik Lir-ilir :
Lir-ilir, lir-ilir tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo, tak senggo temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak hiyo…