Mohon tunggu...
Inovasi

"Listrik Mengalir" di Seloliman

7 Oktober 2017   00:00 Diperbarui: 7 Oktober 2017   00:17 1557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia sebagai negara maritim dikenal dengan potensi alam yang luar biasa di bidang perairan. Dengan jumlah air yang melimpah, Indonesia seharusnya mampu mengolah kekayaan ini secara bijak dan tepat sasaran. Tak hanya mengandung kekayaan hayati, air juga mengandung sumber energi yang dapat dimanfaatkan. Berdasarkan sumber dari Dirjen EBTKE 2014 -- Kementerian ESDM RI, sumber energi terbarukan di Indonesia yang terbesar adalah air dengan potensi sebesar 75000 MWatt sedangkan micro-hydrosebesar 1013 MWatt.

Pada bulan Mei 2017, saya dan teman-teman mata kuliah pilihan di bidang energi berkesempatan untuk mengunjungi Desa Seloliman dengan didampingi dosen mata kuliah tersebut. Desa Seloliman terletak di Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Jujur saja, saya baru mendengar nama desa tersebut.  Meskipun masih terdengar awam bagi saya namun saya sangat antusias untuk menginjakkan kaki di Seloliman. Potensi apa yang dimiliki desa ini, sampai-sampai dosen kami mengajak kami ke sana. 

Dari Surabaya, kami menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam. Sesampainya di sana, kami berkunjung ke sebuah rumah yang difungsikan sebagai balai warga yang khusus untuk mengelola sumber energi listrik dari air sungai. Di Desa Semololiman, terdapat pembangkit listrik tenaga micro-hydroyang dikenal dengan PLTMH Seloliman yang dibangun pada tahun 1994. Pada awalnya, kapasitas listrik yang dihasilkan masih kecil dan belum memenuhi kebutuhan listrik saat itu. Pada tahun 2000 dilakukan rehabilitasi PLTMH agar dapat meningkatkan pasokan listrik yang dihasilkan.

Awalnya saya kaget dengan fakta yang ada bahwa ada sebuah dusun di Seloliman yang belum dijangkau oleh listrik PLN. Oleh karena itulah, dengan adanya PLTMH ini maka dapat menunjang kebutuhan listrik masyarakat di sana. Semua masyarakat Indonesia tahu bahwa masih banyak daerah yang belum merasakan listrik apalagi dengan backgroundorangtua saya yang berasal dari Bengkulu dan Sulawesi Selatan, saya juga akrab dengan cerita-cerita mengenai kelangkaan listrik. Namun, kunjungan saya ke Seloliman mematahkan persepsi saya. Dekat dengan kota besar tidak menjamin bahwa daerah tersebut bisa merasakan manfaat listrik.

Kami juga menyusuri langsung alur proses air dari hulu hingga hilir. Dimulai dari pintu air hingga ke puncak. Prinsip kerja dari PTMH sendiri adalah memanfaatkan energi potensial dari ketinggian air sehingga tidak mengambil air dari sungai karena akan dikembalikan lagi. "Perjalanan air" ini dimulai dari intakeatau pintu air sungai lalu menuju saluran pembawa. Kemudian, ada pula bak pengendap yang berfungsi untuk mengendapkan material-material pada aliran. Air akan terus mengalir hingga ke bak penenang sebelum dialirkan ke turbin.

Dengan adanya PLTMH ini, masyarakat Seloliman menjadi lebih mandiri. Sejak dikeluarkan peraturan dari pemerintah pada tahun 2002 tentang penjualan energi berbasis energi terbarukan kapasitas kecil, masyarakat Seloliman dapat menjual sumber listriknya ke PLN. Uang yang didapat digunakan sebagai biaya operasional dan perawatan PLTMH. Untuk beban puncak di Seloliman pada malam hari adalah 17 -- 18 kW.

Seloliman adalah salah satu bagian kecil dari kekayaan yang dimiliki Indonesia. Berdasarkan karakteristik daerah di Indonesia, sumber energi micro-hydrosangat cocok diaplikasikan di daerah pedesaan karena konstruksinya sederhana. Untuk investasi awal, PLTMH memang tergolong lebih mahal. Namun, jika dipertimbangkan untuk jangka panjang, PLTMH lebih unggul daripada pembangkit listrik tenaga diesel yang mana perlu membeli solar setiap hari. Umur teknis dari PLTMH juga tergolong lama yaitu mencapai 20 tahun. Kita semua berharap bahwa Indonesia sebagai negara maritim bukanlah hanya sekadar nama saja. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun