Pembelajaran saat ini lebih condong pada peran keaktifan siswa, yaitu pembelajaran multidimensional, pembelajaran yang mengandung aspek kognitif, afektif, dan psikomotor serta adanya penekanan pada penanaman dalam aspek moral,spiritual, dan lain sebagainya ini menjadikan siswa untuk dapat menjadi siswa yang problem solver, yaitu proses mental sebagai proses kognitif tingkat tinggi yang memerlukan ketrampilan lebih dalam menemukan dan membentuk pemecahan suatu masalah.
Untuk menjadikan siswa menjadi siswa yang problem solver, kiat seorang guru salah satunya menggunakan strategi problem solver, yaitu dengan memberikan masalah kepada anak untuk dapat dipecahkan secara logis dan rasional dengan melibatkan proses mental dan intelektual sehingga masalah dapat dipecahkan secara tepat dan cermat. Hal ini akanmendorong siswa sebagai siswa yang problem solver.
Siswa yang problem solver mayoritas adalah siswa yang kritis dan kreatif. Tingkat kekritisan dan kekreatifan siswalah yang membedakan setiap siswa dapat memecahkan suatu masalah sehingga siswatersebut dapat dikatakan sebagai siswa yang problem solver.
Siswa yang kreatif dan kritis adalah siswa yang yang dapat berpikir secara maju dan berbeda dari yang lain, dan berpikir mengenai hal-hal yang terkadang anak seusianya belum terpikir demikian, menjadikan anak kreatif dengan membiasakan anak untuk memecahkan masalah.
Kaitannya dengan pembelajaran formal adalah peran guru untuk membantu siswa supaya dapat menyeimbangkan otak kanan dan otak kiri sebagai langkah untuk menjadikan siswa yang kreatif dan kritis, sehingga siswa akan menjadi siswa yang problem solver.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H