Mohon tunggu...
Fitri Chaeroni
Fitri Chaeroni Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Write for lyfe

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

KAI Commuter: Dulu dan Kini, Bak Langit dan Bumi

4 September 2023   16:15 Diperbarui: 4 September 2023   16:22 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau melihat judulnya, mungkin Anda berpikir ini berlebihan, lebay, mengada-ada, atau bahkan ada yang berpikir ini adalah upaya menjilat juri kompetisi, hihi. Tapi percayalah, ini bukan fiksi.

Perkenalan saya dengan KAI Commuter yang sudah hampir 19 tahun ini, membuat saya menyadari betapa perjalanan Commuter di Indonesia sudah begitu panjang.

Kalau boleh dirangkum, kisah perkenalan dan perjalanan saya dengan KAI Commuter ini akan saya bagi menjadi 3 babak perjumpaan.

Perjumpaan pertama

Masih lekat dalam ingatan saya, pertama kali diajak Bapak melakukan perjalanan menggunakan KAI Commuter yang saat itu masih disebut dengan KRL atau kereta listrik.

Kalau tidak salah mengira, itu adalah tahun 2004, tahun dimana Transjakarta Koridor 1 (Jakarta Kota-Blok M) baru diuji coba.

Itu juga yang jadi alasan kenapa Bapak mengajak saya menaiki KRL dari Depok Baru menuju stasiun Jakarta Kota. Kami berencana ikut uji coba Transjakarta tersebut setelah turun dari KRL di Jakarta Kota.

Saat itu pembayaran masih manual di loket, dan penumpang diberikan karcis atau tiket berbentuk kertas. Terkadang kondektur berkeliling untuk melubangi karcis penumpang.

Bagi saya anak SD dari kampung, yang baru pertama ke ibukota, perjumpaan dan perjalanan pertama saya dengan KRL sangat jauh dari bayangan.

Jauh dari kata nyaman, begitu sesak, kotor, bau tidak sedap. Semua penumpang berdesakan, bahkan ada yang naik ke atap, berebut tempat dengan pedagang, gerbong tanpa pendingin udara yang membuat sesak di dada, dan tidak adanya kepedulian dengan penumpang anak maupun lansia.

Meski begitu, sepertinya saya tidak kapok dan masih mengingatnya sebagai pengalaman yang tidak terlupakan.

Perjumpaan kembali

Beberapa tahun kemudian, di tahun 2013 ketika berkuliah di Banten dan merantau bekerja di Jakarta, saya mengalami perjumpaan kembali dengan KRL yang sudah berubah menjadi KAI Commuter.

Perjumpaan kembali ini terjadi saat saya menaiki Commuter Line relasi Tangerang-Duri. Pertama kali menginjakkan kaki di stasiun, saya hanya bisa terpana.

Saat menaiki gerbong Commuter, mata saya tak henti menatap setiap sudut kereta mengagumi berbagai perubahannya. Sepanjang perjalanan, saya menatap keluar jendela sambil mengenang betapa perjalanan KAI Commuter sudah begitu panjang.

Karcis yang dulu berbentuk kertas, kini berganti tiket elektronik. Tak ada lagi pedagang asongan di dalam gerbong. Penumpang lebih beraturan, tak ada lagi yang naik di atap. Tak ada lagi gerbong kotor dan bau, berubah dengan gerbong AC yang dingin dan bersih.

Dan bahkan kini terdapat kursi prioritas dan gerbong khusus perempuan. Mungkin hanya 1 yang tidak berubah dari dulu hingga sekarang, tarif yang tetap ramah di kantong penumpang.

Orang yang baru menggunakan KAI Commuter pada era ini, pasti tidak akan percaya kisah pengalaman menggunakan Commuter saya di perjumpaan pertama.

Sejak saat itu, Commuter selalu jadi pilihan ketika harus mengunjungi daerah-daerah di Jabodetabek. Apalagi sistem transportasi Jakarta yang semakin terintegrasi.

Beruntung saya, karena ikut mengalami dan menikmati proses bagaimana stasiun KRL mulai terintegrasi dengan halte Transjakarta, MRT Jakarta, dan di tahun 2023 ini akan terkoneksi dengan LRT Jabodebek yang mungkin belum bisa saya coba dalam waktu dekat.

Karena saya harus berpindah domisili dan tempat kerja dari Jakarta ke Jawa Timur. Saat itu yang saya pikirkan adalah, saya pasti akan merindukan sistem transportasi yang terintegrasi dengan baik di Jakarta.

Perjumpaan terkini

Sejak awal tahun 2021, saya berpindah domisili ke Jawa Timur, Kabupaten Pasuruan tepatnya. Dan sejak awal 2023 saya resmi pindah berkantor ke Surabaya, yang artinya saya harus commuting pulang pergi Pasuruan-Surabaya.

Dalam perjalanan mencari pilihan moda transportasi ke Surabaya, saya baru tahu bahwa ternyata KAI Commuter tidak hanya beroperasi di Ibukota Jakarta, tapi juga beberapa daerah lain di Indonesia.

Pilihan saya jatuh kepada Commuter Supas (Surabaya-Pasuruan) yang mematok tarif Rp6000 per perjalanan dan bisa dibeli langsung lewat aplikasi KAI Access.

Alasannya sudah pasti, dengan adanya jadwal keberangkatan yang pasti, tarif murah, akses langsung ke pusat kota Surabaya, dan rasa aman.Sebagai perempuan yang harus melakukan perjalanan jauh sendiri, fasilitas yang dimiliki KAI Commuter cukup memberikan rasa aman kepada saya.

Pertama kali menggunakan Commuter Line Surabaya-Pasuruan ini, lumayan kaget karena ternyata kereta yang digunakan adalah bekas kereta ekonomi jarak jauh. Bukan rangkaian kereta listrik yang umum dijumpai di Jakarta.

Memang tidak sempurna, terkadang over capacity saat peak hours hingga tak sedikit penumpang yang duduk di lorong gerbong/sambungan kereta. Namun, hal ini sepertinya membaik setelah diberlakukannya Gapeka 2023 pada 1 Juni lalu.

Setelah beberapa kali menggunakan Commuter Line Supas, saya menyadari ternyata moda transportasi yang terintegrasi juga bisa saya nikmati di Surabaya. Sebab stasiun di Surabaya terletak di pusat kota dan dekat dengan halte Trans Surabaya.Ini mempermudah akses untuk pulang pergi dari stasiun dan kantor.

Namun, masih besar harapan bahwa KAI Commuter bisa menghadirkan kereta listrik di beberapa kota dan kabupaten besar di Jawa Timur. Dengan rangkaian yang lebih banyak, dan pastinya jadwal keberangkatan yang lebih banyak pula.

Itulah perjalanan 3 babak saya dengan KAI Commuter. Satu kata yang mungkin bisa menggambarkan keseluruhan perjalanannya adalah 'Bangga". Semoga KAI Commuter bisa terus memanjangkan rel nya ke seluruh daerah di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun