Mohon tunggu...
Chaerani Agustin
Chaerani Agustin Mohon Tunggu... Penulis - Master Digital Marketing Komunikasi

Penulis Konservasi Satwa Liar serta membuat pemahaman secara penulisan terhadap masyarakat pada kepentingan Konservasi Satwa Liar. Peneliti Konservasi Satwa Liar Papua

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Integrasi Senjata Konvensional Nuklir dalam Menekan Kekhawatiran

2 Agustus 2024   15:54 Diperbarui: 2 Agustus 2024   16:14 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nuklir Korea Utara | Sumber: East Asia Forum


''Integrasi Senjata Konvensional Nuklir dalam Menekan Kekhawatiran'' Melanjutkan pada informasi yang telah dibahas sejak tahun 2021 dalam kalangan persenjataan Nuklir, adanya Norma, terhadap Negara -- Negara yang tergabung dalam TPNW (Treaty On the Prohibition of Nuclear Weapons) United Nation Office For Disarmament Affairs, berupaya meraih suatu kepentingan bersama, yakni mengahapuskan senjata Nuklir di dunia.


Dalam tajuk kasus perdamaian laporan Institut Penelitian Perdamaian International Stockholm (SIPRI) yang mempunyai senjata nuklir terbanyak ialah Rusia 6.375 senjata Nuklir, dan Amerika Serikat 5.800 Senjata Nuklir. Saat itu, Korea Utara memiliki senjata Nuklir paling sedikit yang jumlahnya kurang dari 40 senjata Nuklir.


Akan tetapi Korea Utara selalu meng-update dan sering menciptakan ketegangan di kawasan Asia Pasifik karena praktik -- praktik uji coba untuk tahapan senjata konvensional Nuklir yang kerap dan tiba -- tiba.
Adapun klaim dari (The Conversation, 2020) Senjata Nuklir bukan hanya berhasil dalam memberhentikan Perang Dunia II, tetapi juga dipercaya berhasil menjaga perdamaian dunia sejak tahun 1945. Dengan Klaim yang beredar Adapun argumentasi bahwa dalam penghentian Perang Dunia II pasca pemerintahan Amerika Serikat (AS) bahwa Jepang tidak akan segera menyerah jika senjata Nuklir tidak digunakan dan bahwa Jepang melalui invasi akan membawa korban yang lebih banyak.


Data Empiris berkata Senjata Nuklir memiliki kemampuan detterance, yaitu kemampuan menghalangi sebuah negara untuk melakukan serangan karena kekhawatiran akan dibalas oleh lawan akan bisa membawa kehancuran bersama.
Ditemukan oleh penelusuran Internasional Kennetz Waltz, Ilmuwan Hubungan Internasional terkemuka asal AS adalah salah satu tokoh yang sangat meyakini peran senjata Nuklir dalam mengurangi kemungkinan terjadinya perang.


Maka perihal kontroversial ini-pun, lantas kekhawatiran terhadap senjata Nuklir semenanjung peradaban di dunia kian marak. Atas predikat ''Kemajuan Luar Biasa'' dari Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada KKNB. Menjadikan nilai yang dijadikan untuk pertahanan dalam hadapi Korea Utara, AS dan Korea Selatan maupun Negara Diplomat Senior, Yakni Jepang, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. (menurut Tempo.co) adanya peringatan terhadap uji coba senjata nuklir ketujuh bahwa Pyongyang melanjutkan uji coba bom nuklir sejak tahun 2017 untuk pertama kalinya.


Adanya respon keras dalam mengedepankan integrasi senjata konvensional Nuklir dalam menekan kekhawatiran yang dilakukan oleh Korea Utara dengan uji coba Bom Nuklir ketujuh yang dikonferensikan internasional saat itu. (Tempo.co, 2022).


Landasan lanjutan ini juga menjagi keteguhan penjagaan dan bekerja sama, termasuk melalui PBB (Dewan Keamanan), sesuai dengan Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Takeo Mori. Aliansi yang masuk dalam genggaman militer bersama Korea Selatan sebagai tanggapan atas uji coba rudal balistik Korea Utara dalam pelatihan militer gabungan pertama mereka yang melibatkan kapal Induk AS sejak 2017.


Marahnya Korea Selatan dan Korea Utara melalui kegiatan militer dengan menembakan peluru-- peluru, ratusan peluru artileri yang lepas dipantai yang digunakan sebagai peringatan serius bagi tetangganya di Selatan.


Perhelatan Senjata konvensional Nuklir Korea Utara mempunyai mencakup dana, dari infrastruktur Nuklir dasar atas bantuin Uni Soviet dan pada tahun 1964 Soviet membantu Korea Utara mengembangkan reactor Nuklir pertamanya, yang awalnya digunakan kebutuhan Penelitian, Medis, serta Industri. 

Namun teknologi itu dipergunakan untuk memperalatkan pendanaan pembuatan senjata konvensional Nuklir adanya persentase penerimaan China, Badan Intelijen Pusat AS sekitar 75% bahkan lebih. Dari perdagangan Korea Utara adalah dengan China.
Pertahanan Korea Utara dalam Ekonomi maupun perdagangan yang ''kaya simpanan'' Sumber daya alam termasuk Batu Bara, Emas, Perak, Uranium, Bijih Besi, dan Logam Langka, dan pemasukan sumber daya alam ini banyak diperjualkan ke China dan Uni Soviet selama beberapa Dekade sampai Kejatuhan blok Komunis.


Dengan tujuan menyelaraskan dari sumbu kunci utama dari peneliti terhadap semboyan Integrasi Senjata Konvensional Nuklir dalam Menekan Kekhawatiran dan turut serta Ancaman Nuklir di Semenanjung Korea bagi Perdamaian Dunia, kemaslahatan AS -- Korea Selatan teken pakta pertahanan bersama atas Ancaman Nuklir dari Korea Utara, dalam pedoman AS -- Korea Selatan terhadap dampak negatif kejahatan Korea Utara yang menguji coba ulang teknologi Bom Senjata Konvensional Nuklir atas ''Niat Jahat'' dalam pondasi persiapan perang Nuklir terhadap Korea Utara (Ucap Kementerian Pertahanan Korea Utara).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun