http://news.liputan6.com/read/2378919/tahun-ini-7-odha-di-bengkulu-meninggal-dunia
ODHA adalah singkatan dari Orang Dengan HIV/AIDS. Sudah sering dengar kan tentang HIV/AIDS? HIV (Human Immunodefficiency Virus) adalah suatu virus yang dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh, sehingga tubuh kita jadi sangat rentan oleh berbagai penyakit. Sedangkan AIDS (Acquired Immuno Defficiency Syndrome) adalah tahapan lanjutan setelah seseorang terinfeksi virus HIV, ditandai dengan munculnya gejala-gejala (sindrom) akibat penurunan sistem imun, berupa banyaknya penyakit yang menyerang penderita, bahkan sampai meninggal.
HIV/AIDS memang merupakan penyakit yang berbahaya dan telah merenggut banyak nyawa, namun tidak sedikit juga Odha yang hingga kini dapat hidup sehat setelah menjalani pengobatan. Walaupun mungkin para Odha belum bisa sepenuhnya sembuh dari HIV/AIDS, banyak Odha yang bisa hidup normal dan melaksanakan aktifitas sehari-hari seperti biasanya namun secara sosial mereka terdiskriminasi dan tidak mendapatkan akses untuk bertahan hidup ditengah stigma negatif karna virus yang berada ditubuh mereka
Terkadang kita sebagai masyarakat menggangap kaum odha adalah hanyalah “sampah” tak berguna, mereka hanya akan menambah jumlah aktor kasus penyebaran virus HIV saja, namun hal itu hanyalah gumpalan kata diskriminatif yang keliru. Odha adalah manusia, memiliki mereka hak dan kewajiban dalam aspek negara, pribadi dan juga agama. Mereka punya cita yang akan mereka wujudkan untuk generasi bangsa.
Sejak ditemukannya kasus AIDS pertama kali di Indonesia pada tahun 1987, proporsi kasus AIDS pada perempuan dibandingkan pria terus meningkat dari 1 per 10. Belum lagi dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, di Sumatera Utara dalam sepuluh tahun terakhir mengatakan bahwa terjadi peningkatan HIV/AIDS meningkat begitu tajam. Pada tahun 2015, jumlah kasus HIV meningkat tajam dari 3.594 kasus pada tahun 2014 menjadi 5.184 kasus dan kasus AIDS sebanyak 5.625 kasus pada tahun 2014 menjadi 5.660 kasus pada tahun 2015. Dari data yang ada di layanan VCT (Voluntary Counseling and Testing) pada tahun 2015 kebanyakan ODHA yang ditemukan pada kelompok umur 25-49 tahun (79,5%) yaitu pada usia produktif sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi atau pendapatan nyata secara signifikan. Maka timbulah pertanyaan menggenai bagaimana bila kaum odha tersebut adalah remaja produktif dengan tingkat kemampuan berfikir dan berkarya yang bisa saja lebih aktif dan kreatif dari remaja lainnya.
Berdasarkan data tersebut, bahwa saat ini kita sangat membutuhkan sebuah solusi untuk mendukung produktivitas pemuda dan menciptakan sebuah acuan yang kokoh dalam mendukung proses pembangunan bangsa, apa jadinya bila pemuda bangsa yang seharusnya sibuk dalam persiapan masa depan melalui karya harus terhenti oleh karena virus yang mungkin saja didapatnya dari orangtuanya maupun dari kekasih atau juga karena ketidaksenggajaan karena belum mengetahui penyebaran virus ini.
Menjadi Odha adalah pembunuhan, menjadi odha juga tidak dapat akan dapat melakukan apapun. Namun persepsi negatif tersebut dapat kita benahi dalam konsep tindakan nyata terkhusus untuk odha muda yang masih memiliki integritas diri dalam berkarya dan diharapkan menjadi pemimpin bangsa yang jujur dan berkontributif dalam pembagunan bangsa
Dengan adanya sosialisasi mengenai bahaya virus HIV/AIDS ini dapat dilakukan dari diri sendiri, mencintai dan menjaga diri sendiri adalah hal paling hebat untuk melindungi diri dari HIV/AIDS. Dalam membentengi diri dari virus ini maka infomasi dan pengetahuan akan virus yang mengkhawatirkan seluruh dunia ini haruslah menjadi kebutuhan semua pihak, tidak hanya seseorang yang bekerja dalam bidang kesehatan namun juga semua orang tak peduli kalangan dan usia. Ibu rumah tangga wajib memberikan pengetahuan seks sejak dini kepada keluarga agar juga sang buah hati dapat sedini mungkin menjadi pilar awal pembangunan dan perlindungan diri pribadi.
Meningkatkan pengetahuan remaja akan informasi dan pengetahuan akan virus HIV/AIDS, dengan harapan pengetahuan itu dapat menjadi dasar perilaku seksual yang aman dan sehat. Mempromosikan kunjungan ke pelayanan kesehatan untuk mendapat pengobatan dengan menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi. Mempromosikan kesadaran pada remaja bahwa perilaku kebiasaan seperti minum obat keras, narkoba, sex bebas hanya membuat resistensi terhadap penyakit menular semakin kuat
Pemerintah Indonesia diharapkan segera membuat perda yang mengatur industri hiburan dan pelacuran agar kontrol terhadap penyebaran PMS dan HIV/AIDS dikalangan remaja tidak semakin luas. Tempat diskotik sebagai tempat yang wajar bagi remaja perkotaan harus dijadikan tempat yang bebas narkoba dan sex bebas. Guru harus mampu memberikan motivasi belajar bagi siswa untuk selalu berkarya tidak mencoba mencari hiburan yang menyesatkan dunia muda. Melibatkan LSM, donor internasional dan pemerintah untuk bekerja sama memberantas virus HIV/AIDS dan pemberdayaan Odha muda dalam keterampilan dan kemampuan agar Odha muda dapat tumbuh, berkarya dan berdaya saing untuk menjadi pemuda Indonesia generasi emas. -Ricad Michael Sihombing
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H