Konflik antara kedua Negara ini tak lepas dari sejarah seratusan tahun yang lalu yang secara dramatis masih terus berkelanjutan hingga saat ini melewati banyak decade sengit yang belum dapat terselesaikan. Tidak kenal kata damai dan tenang pada kedua wilayah yang kekuasaannya selalu menjadi perebutan, hal ini berefek panjang pada berulang kalinya peperangan dicetuskan. Meskipun sebuah fakta yang nyata adalah Kekuasaan Israel yang memaksa masuk dan menduduki wilayah kekuasaan Palestina.Â
Hal ini dapat ditarik dari asal mula terbentuknya Negara Israel itu sendiri, seperti yang di lansir dari CNN Indonesia (20/5) Israel secara resmi berdiri sebagai sebuah Negara. Pun, setelah ditengarai bahwa Inggris memiliki campur tangan bagi orang Yahudi untuk dapat menetap di wilayah Palestina, serta ketika Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyetujui pembagian wilayah Palestina untuk keduanya, baik Israel maupun Palestina.Â
Kemudian, hari hal inilah yang menjadi titik pusat meletusnya perang untuk pertama kalinya berbuntut tragis hingga masa ini. Tepatnya peristiwa yang baru-baru ini terjadi didalangi oleh Israel yang mengepung area Masjid Al-Aqsa pada sepanjang khusyuknya masyarakat Palestina yang seharusnya sedang menjalani ibadah di bulan suci Ramadhan. Dan kemudian adanya pembalasan oleh kelompok Hamas dikutip dari Kompas.com (20/5), dengan serangan rudal yang dikirim untuk Israel dengan dalih Pasukan Pertahanan Israel (IDF) membunuh lebih dari 150 mayoritas dari Hamas.
Melaui pemicu konflik yang terjadi akhir-akhir ini antara Israel dan palestina, hal ini mengundang banyak perspektif baik itu dari yang pro hingga kontra terhadap serangan yang telah terjadi di wilayah tersebut. Seperti missal, seorang politisi di PKS yang melalui media sosial pribadinya dikutip dari BCC.com (18/5) yang dengan jelas menyatakan ketidaksetjuannya terhadap aksi Israel, dengan tindakan provokasi Israel yang melakukan pengepungan di Masjid Al-Aqsa dan melakukan bebeberapa aksi.Â
Selain dari pada itu ada pula sekelompok orang yang dengan tegas menyatakan pembelaannya terhadap apa yang dilakukan oleh Israel. Sebagai contoh dari Kompas.com  (18/5), salah seorang warganet, pendiri yayasan non-profit Hadassah of Indonesia itu menyatakan dari kata mata yang berbeda, bahwasannya terdapat indikasi lain yang direncanakan sebab apa yang terjadi di Al-aqsa bukanlah wilayah dari Hamas sehingga sangat disayangkan terhadap apa yang terjadi di Israel tersebut.
Walaupun, banyak pandangan pro dan kontra yang tersebar luas di internet dengan dalih menyalahkan salah satu pihak saja juga bukalah solusi yang tepat sebab kedua wilayah itu pun pastinya memiliki argumentnya masing-masing untuk mempertahankan posisinya. Namun, bukan berarti dengan perspektif-perspektif itu tidak berguna, malah melalui jendela itu akan lebih banyak orang yang akan menyoroti dan akan lebih banyak pihak yang membantu. Menurut saya memang dalam konflik ini lebih menitikberatkan kepada Israel dengan begitu banyak tanda tanya mengapa?
Hingga akhirnya banyak yang menyebutkan konflik Israel-Palestine digadang-gadang sebagai konflik abadi. Mengapa istilah tersebut bisa muncul? Sebab menelaah dari kedua belah pihak baik antara Israel maupun Palestina, mereka memiliki gagasannya tersendiri baik Israel yang tidak mau mengakui kedaulatan Palestina pun sebaliknya.Â
Walaupun kembali pada kenyataannya Israel lah yang lebih dahulu memicu konflik dengan menduduki sebagian besar wilayah Palestina dengan menempatkan Yahudi di daerah penduduk Palestina bermukim dengan niat mengusir yang sebenar-benarnya pemilik tanah. Ini sebagai pondasi awal, semua pertanyaan mengapa semua peristiwa konflik terjadi. Seperti halnya semua usaha yang dilakukan oleh Israel untuk mengusai Palestina, tentang identitas suatu bangsa yang di dukung dengan bukti sejarah yang ada akan sulit bagi Israel untuk menghapuskan Palestina sepenuhnya di tanahnya sendiri. Adanya kelompok Hamas yang berada di wilayah Palestina juga menjadi alasan dalam dunia perprovokasian ini.
Tetapi kembali lagi, kita disini tidak mengetahu secara detail apa-apa hal yang terjadi di sana antara Israel dan Palestina, dan menurut saya satu hal yang pasti semakin lama masyarakat Israel dan Palestina berada dalam fase ketidakpastian ini -- hal itu menunjukkan ketidakpastian akan bagaimana nasib masyarakatnya.Â
Tentang kemanusiaan, Palestina memang memiliki lebih banyak korban hanya saja kita juga tidak dapat menampik terdapat pula rakyat tidak bersalah seperti warga sipil di Israel yang menjadi korban. Hal ini menjukkan dari kedua pihak tersebut telah begitu banyak mengorbankan banyak hal anak-anak misalnya, mereka yang dengan polosnya pun menjadi korban, masa depan mereka, pedidikan mereka, dan yang terpenting kondisi mental mereka.
Dengan persepsi saya di atas, tentang solusi two-state paradigm yang sudah sering kali ditemui setiap kita memulai pencarian mengenai Israel-Palestine, hal ini tidak serta merta akan dengan mudah terlaksana.