Mohon tunggu...
Panca
Panca Mohon Tunggu... Lainnya - Selenophile

Hello

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sorotan Akibat Tenggelamnya Kapal Selam KRI Nanggala-402

3 Mei 2021   16:52 Diperbarui: 3 Mei 2021   16:58 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapal Selam KRI Nanggala-402 menjadi perbincangan hangat di seluruh lapisan masyarakat setelah hilang kontak pada 21 april 2021, dan kemudian pada tanggal 24 april 2021 'Si Penjaga Lautan Indonesia' ini dinyatakan tenggelam. Seperti yang kita tahu bahwasannya terdapat banyak pihak yang mengharapkan keselamatan seluruh awak kapalnya, meskipun sayangnya takdir berkata lain tentang ketidakmungkinan untuk menyelamatkan diri dari kedalaman kurang lebih 838 meter -- jauh dari permukaan laut. Kejadian ini mengundang duka yang mendalam di Indonesia, khususnya pada 53 keluarga awak kapal dan juga keluarga besar TNI AL. Selain itu, dengan adanya kejadian ini banyak yang mempertanyakan sistem pertahanan Indonesia. Berikut beberapa hal yang seharusnya menjadi perhatian lebih dari pemerintah Indonesia yang tidak terlepas akibat dari kecelakaan naas ini.

Pertama yang paling sering diperbincangkan di media mengenai issue kurangnya perhatian pada peralatan perang yang sudah bisa dikatakan cukup berumur. Jika dibandingkan dengan umur manusia angka 40 tahun sudah bisa dikatakan tua, apalagi sebuah kapal selam tipe KRI Nanggala-402 yang mana kesehariannya menjaga lautan Indonesia -- usia yang lebih empat puluh tahun ini tidak bisa dikatakan muda lagi. Meskipun katanya setelah di-upgrade, kapasitas penumpangnya juga sudah sesuai lebih ditingkatkan dari yang sebelumnya hanya sekitar 30 orang. Tetapi, pada kenyataannya pada kejadian ini, KRI Nanggala-402 terdapat muatan 53 orang sebagai awak kapalnya. Bukankah perlu di pertanyakan, terlepas dari banyaknya berita tentang sebab yang megakibatkan kecelakaan ini seperti blackout, human error, hingga mati listrik. Kapal yang dipesan pada tahun 1977, yang merupakan buatan Jerman ini disorot karena kurang pemeliharaan akibat sudah cukup tua, dan sebagai orang awan kita tidak tahu seperti apa yang di maksud dengan upgrade -- disini mungkin pemeliharaannya tentang gonta ganti sparepart.

Kemudian kedua, yang juga menjadi topic hangat yang muncul tentang kurangnya sistem pertahanan Negara. Seperti yang kita ketahui mulai dari zaman belajar, sekolah dasar kita selalu di beri pengertian bahwa Negara kita ini, Indonesia merupakan Negara maritime. Jadi sudah tentu seharusnya selain memiliki angkatan laut yang kuat kita juga sepatutnya memiliki armada laut yang memadai juga? Dengan luas bentangan lautan dan daratan Negara Indonesia ini --   memiliki 5 kapal selam sebagai salah satu bentuk untuk mempertahankan Negara tidaklah cukup apalagi dengan adanya kecelakaan ini, kapal selam milik Indonesia hanya tersisa 4 buah. Memang kita tidak bisa menutup mata terdapat banyak hal yang perlu Negara ini benahi untuk bisa lebih maju dan sepadan dengan Negara lainnya, seperti masalah economi hingga pendidikan yang masih belum sepenuhnya sejahtera di seluruh penjuru daerah. Akan tetapi jika menilik dari apa yang dicanangkan Presiden Jokowi mengenai instrument militer canggih dan investasi pada bidang pertahanan, seharusnya bukan hal tidak mungkin bagi Indonesia untuk menambah alat pertahanan Negara sebagai prioritas utamanya (KOMPAS.TV, Jan 26, 2020), atau setidaknya kembali pada perhatian yang pertama mengenai pemeliharaan alat sistem pertahanan Negara dengan sebenar-benarnya dan siklus peremajaan lebih pendek.

Lalu yang ketiga seperti yang sudah di singgung sedikit pada hal kedua, mengenai anggaran. Dana, ketidaksinambungan antara dana dan realita. Keuangan menjadi hal yang paling mendasar dari kedua hal diatas dan menjadi perhatian paling menonjol setelah kejadian yang naasnya menenggelamkan salah satu kapal selam milik Indonesia. Meskipun jika dilihat dari angka anggaran untuk petahanan sudah cukup besar dari anggaran lainnya, namun jika dilihat dari geografis Indonesia sendiri, anggaran tersebut terlalu dipaksakan untuk mampu meng-cover seluruh kebutuhan pertahanan Indonesia. Karena apabila di hitung persatuan armada baik angkatan laut maupun darat atau udara, harganya tidak sebanding dengan anggaran dan juga kebutuhan Negara Indonesia itu sendiri.

Itulah beberapa hal yang menjadi sorotan amat sangat serius akibat kecelakaan yang terjadi pada Kapal Selam KRI Nanggala-402 yang menewaskan 53 awak kapal di perairan. Ketiga topic sorotan ini sudah seharusnya menjadi pembelajran dan perhatian khusus agar kedepannya Negara Indonesia lebih memantau dengan ketat agar tidak ada lagi patriot yang melayang akibat kurangnya pemeliharaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun