Mohon tunggu...
ATIKAH
ATIKAH Mohon Tunggu... Guru - GURU

Hanya seorang guru yang memiliki hobi berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menyelamatkan Diri dari Lingkungan Kerja yang Toxic

9 Januari 2025   20:50 Diperbarui: 9 Januari 2025   20:50 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Iingkungan kerja toxic. sember:lingkungankita.

Lingkungan kerja yang toxic pasti berpengaruh terhadap kualitas kerja kita. Hasil kerja yang maksimal terlahir dari jiwa dan mental yang sehat. Apa yang akan terjadi jika kita mendapat tekanan dari atasan yang melebihi batas kewajaran. Ditambah lagi rekan kerja yang manipulatif. Mengerikan memang tapi begitulah dunia kerja tidak selamanya sesuai yang kita harapkan. Baru-baru ini topik lingkungan kerja yang toxic sangat ramai diperbincangkan. Apalagi setelah ada berita tentang seorang guru yang rela melepas status PNS nya demi menyelamatkan mentalnya.

            Bertahan lebih lama dilingkungan kerja yang toxic akan berdampak terhadap Kesehatan mental kita. Jangan pernah takut untuk melangkah keluar dari zona tersebut. Ingat kita bertanggung jawab penuh atas Kesehatan mental kita sendiri. Jika bukan kita yang menyelamatkannya mau siapa lagi?. Mari kita melakukan refleksi terlebih dahulu. Apakah kalian sering merasa diperlakukan tidak adil, tekanan dari atasan yang berlebihan, komunikasi yang buruk baik sesama rekan kerja bahkan dengan atasan, merasa setres dan berat hati Ketika akan berangkat ke kantor. Sudah dipastikan itu adalah indikasi lingkungan kerja kalian tidak sehat.

            Ada banyak sekali pemimpin namun tidak mampu memimpin. Bukannya memberikan keteladanan, hanya memberikan tekanan untuk menutupi kekurangannya. Menjadi pemimpin tentunya tidak mudah, matang secara emosional juga sangat penting. Jangan sampai mencampuri pekerjaan dengan hal-hal pribadi. Pimpinan bukan Tuhan yang sempurnya, maka dari itu janganlah menutup diri. Cobalah dengarkan suara orang lain baik masukan, ide dan sebagainya. Sosok pemimpin yang toxic selalu merasa cemas Ketika bawahannya memiliki ide yang positif, dia akan merasa posisinya terancam.

            Selain muncul dari pimpinan, ujian pekerjaan juga kerap kali datang dari teman kita. Budaya kompetitif dapat menimbulkan racun antar individu. Semua saling mengamankan posisi bahkan ada yang maju dengan menginjak orang lain. Kolaborasi dalam lingkungan kerja kini bagaikan kalimat keramat. Ada, namun ditakuti. Kolaborasi yang terjadi saat ini hanya kata-kata palsu yang berkedok dari saling memanfaatkan.

            Jangan menganggap enteng dampak dari lingkungan kerja yang toxic. Berikut ini hal-hal yang dapat terjadi diantaranya: merusak kualitas tidur, menurunnya kondisi fisik, merusak pola makan, yang semua itu berujung kepada penyakit pencernaan. Lantas jika itu semua sudah terjadi apa yang bisa kita lakukan?.

            Pertama, jika anda seorang pemimpin mari kita selamatkan banyak jiwa. Dengan cara, menjadi pemimpin yang adil, jujur serta realistis.

            Kedua, memperbaiki komunikasi. Hal ini dapat kita lakukan untuk saling memberikan umpan balik.

            Ketiga, jika dirasakan itu semua sudah tidak sanggup untuk dilalui, Tarik gas mu pasang Langkah untuk keluar dari tempat tersebut. Jika kita merasa dirikita orang yang positif maka akan selalu mendapatkan peluang yang lebih baik.

            Point terpenting dari itu semua, jangan sampai tanpa kita sadari bahwa kita telah menjadi bagian dari orang-orang toxic tersebut. Tidak ada salahnya bercermin agar berdampak positif bagi lingkungan sekitar kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun