Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wujudkan Cita-cita Anak dari Hari Ini!

11 September 2016   05:52 Diperbarui: 11 September 2016   12:40 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sesungguhnya Indonesia adalah negara yang seimbang dengan melimpahnya kekayaan di berbagai bidang milik seluruh bangsa Indonesia, baik itu berupa sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun modal berbentuk uang. Posisi Indonesia juga cukup strategis di mata dunia sebagai negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia dan juga negara kepulauan terluas di dunia. Akan tetapi, hari ini Indonesia harus puas dengan masih duduknya negara ini sebagai negara berkembang setelah lebih dari tujuh dasawarsa merdeka. Indonesia lebih dijadikan sasaran untuk mengeksploitasi sumber bahan baku, memproduksi barang-barang konvensional, dan menjual barang-barang oleh pihak luar negeri. Apakah cita-cita anak Indonesia sudah terwujud untuk bisa hidup makmur dan mandiri? Rasanya hal tersebut masih belum terjadi pada banyak anak.

Memahami pentingnya pendidikan
Apa yang menyebabkan kondisi tersebut bisa terjadi? Tentu saja kekuatan anak bangsa yang masih belum benar-benar kokoh dan seimbang serta kemampuan negara untuk mempertahankan mereka di dalam negeri. Di satu sektor, anak bangsa sudah mampu menciptakan berbagai produk, meraih berbagai penghargaan berskala global, menghasilkan uang dengan kemampuan mereka, dan merekrut banyak tenaga kerja. Akan tetapi, di sektor lain kita tidak memiliki kecukupan jumlah anak bangsa dengan kemampuan untuk menggarapnya. 

Itu baru soal keseimbangan jumlah anak bangsa dengan kemampuan yang cukup di setiap sektor, belum lagi berbicara soal keseimbangan jumlah anak bangsa dengan kemampuan yang cukup di setiap daerah. Anak bangsa di kota-kota besar lebih beruntung untuk mendapatkan pendidikan berkualitas dengan sarana dan prasarana yang mumpuni ketika banyak anak bangsa di pelosok yang tidak mendapatkan kesempatan untuk bisa merasakan bangku sekolah. Jika bersekolah pun, umumnya mereka tidak mencapai jenjang pendidikan setinggi temannya di kota-kota besar. Melihat kondisi seperti ini, pendidikan memainkan peran yang sangat penting dalam menciptakan kekuatan anak bangsa. 

Dengan pendidikan yang baik, mereka memiliki kemampuan untuk bersaing secara kompetitif terhadap teman-temannya di seluruh dunia. Mereka tidak bergantung pada pihak tertentu karena mereka memiliki kemampuan untuk membentuk lapangan kerja mereka sendiri dengan berbagai produk bermanfaat yang dihasilkan. Hal ini menjadi semakin penting untuk diperhatikan mengingat kita memasuki zaman yang semakin bebas dan tanpa batas.

Selanjutnya, anak memiliki cita-cita dan kemampuan untuk menciptakan berbagai inovasi. Dalam prosesnya, mereka membutuhkan sokongan dana dan fasilitas yang mumpuni. Apabila orang tua dan negara tidak sanggup memenuhinya, apa yang terjadi? Tentu anak mempunyai pilihan untuk mewujudkan cita-citanya tersebut dengan merantau ke luar negeri di mana di sana mereka mendapatkan dukungan fasilitas dan dana riset yang luar biasa serta beasiswa pendidikan berkualitas.

Sebaliknya, tanpa pendidikan yang baik, bagaimana kita bisa mewujudkan cita-cita anak? Anak boleh terus berusaha sekeras-kerasnya dan membentuk cita-cita yang setinggi langit, tetapi itu semua akan sulit terwujud tanpa pendidikan.

Memahami masalah dalam memberikan pendidikan yang baik
Mewujudkan cita-cita yang setinggi langit membutuhkan pendidikan yang baik dan pendidikan yang baik itu membutuhkan uang yang tidak sedikit. Untuk mendudukkan anak Anda di bangku sekolah, Anda harus mengeluarkan uang pangkal, uang sekolah, uang kegiatan, uang buku, uang seragam, uang transportasi, uang makan, uang tugas, uang komunikasi, dan masih banyak lagi. Di kota besar, uang pangkal di sekolah swasta berkualitas bisa membebankan Anda hingga puluhan juta Rupiah dan uang sekolah bisa membebankan Anda dengan nilai setara bahkan di atas upah minimum pegawai. Perlu dicatat juga bahwa biaya-biaya ini meningkat setiap tahunnya dengan tingkat yang cukup signifikan. 

Untuk uang pangkal, Anda harus membayarnya hingga setahun sebelum anak Anda masuk ke sekolah tersebut. Misalnya, anak Anda akan naik ke jenjang SMP pada bulan Juli 2017, maka Anda sudah harus siap dengan uang pangkalnya pada bulan September 2016. Jika kita menjadikan uang pangkal sebagai uang muka kredit dan uang sekolah sebagai cicilan kredit, kita bisa membeli enam unit sepeda motor (untuk pendidikan jenjang SMP atau SMA) atau bahkan satu unit mobil keluaran terbaru (untuk pendidikan jenjang SD).

Persiapan yang kurang matang dari orang tua di mana mereka tidak menyisihkan uang dalam jumlah yang cukup seringkali membuat mereka menghadapi kesulitan dalam membayar uang pangkal. Mereka akan mencari sekolah dengan uang pangkal yang lebih murah dan mungkin juga kualitas pendidikan yang lebih rendah.

Berpikir jauh ke depan
Menjadi kurang bijaksana jika kita hanya memikirkan dan mempersiapkan sesuatu yang sudah di depan mata. Seharusnya kita bersiap hingga akhir pendidikan anak dengan rencana paling baik dan paling matang sejak jauh-jauh hari. Meskipun anak kita masih kecil, kita sudah harus berpikir dan bersiap hingga lulus perguruan tinggi. Ketika ternyata anak masih berada di jenjang yang lebih rendah dan kita sudah siap dengan dananya hingga lulus perguruan tinggi, tentu hidup kita akan menjadi lebih tenang.

Jangan hanya mendengar apa kata orang
Merencanakan pendidikan anak adalah bagian dari merencanakan masa depan anak. Rencana tersebut akan menentukan apakah anak Anda bisa mewujudkan cita-citanya kelak atau tidak sama sekali. Untuk itu, kita sebagai orang tua harus memiliki kepercayaan diri dalam melakukannya dan tidak hanya mendengar apa kata orang lain di sekitar kita. Kita harus menjadikan anak kita sebagai pusat pemikiran dan betul-betul memahami apa bakat anak kita, apa kelemahan anak kita, apa cita-cita anak kita, serta apa yang disukai dan tidak disukainya agar anak tidak merasa terbebani dengan rencana kita dan bisa meraih hasil yang maksimal sesuai dengan cita-citanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun