Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Takut Tertipu Hamlin? Belanja Offline Atau Gunakan Google Lens

17 April 2024   18:08 Diperbarui: 17 April 2024   18:10 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Ketika kedatangannya dulu, situs belanja online menjadi primadona masyarakat untuk mendapatkan barang berkualitas nan murah. Usaha keras pedagang offline untuk bisa bersaing mulai membuat harga barang mereka kembali menarik. Kepercayaan itu semakin hancur karena brand yang mengambil untung kebangetan, Hamlin namanya!

Sejak potongan ongkos kirim berkurang khususnya untuk barang dengan nominal harga rendah, minat berbelanja online memang sudah menurun. Besarnya komisi dan biaya jasa yang harus ditanggung oleh penjual serta biaya layanan per transaksi dan biaya pengisian dompet digital oleh pembeli suka tidak suka membuat keduanya sepakat untuk bertransaksi secara mandiri di luar platform. 

Apalagi pakai kartu kredit atau debit, sekalipun banknya adalah bank terkuat di dunia (baca: BCA), rawan dibobol kemudian melalui serangkaian transaksi di Apple Store Singapura.

Sejak lama, ibu saya telah mengendus perbedaan harga signifikan pada produk yang sama antarpenjual dan antar platform penjualan. Gambar dan deskripsi produk bisa sama persis, bisa juga diberikan sedikit pembeda. Pintar-pintar mencari toko dengan harga termurah, pernah dan masih aktif berjualan, serta memiliki penilaian baik dan tidak menjual barang palsu, memakan waktu tak sedikit dan bisa sampai hitungan jam.

Terlebih lagi, review belanja online biasanya berdurasi terbatas sejak barang datang, hanya dilakukan satu kali, dan lebih menitikberatkan harga, pelayanan, serta kecepatan pemrosesan. Pelanggan yang lebih peduli pada nilai rata-rata, tidak enakan dalam memberi penilaian, dan komentar positif yang selalu dominan memperberat jalan untuk mengetahui yang terbaik. Jika biasanya kita melakukan positive confirmation, kini mencari komentar negatif tersedikit dengan nilai minimum tertinggi alias negative confirmation.

Titel dari platform untuk toko, khususnya toko resmi, memberikan kepercayaan tertinggi pelanggan sekalipun harus rela merogoh kocek lebih dalam. Penjual seharusnya datang dari distributor resmi atau bahkan produsen barang itu sendiri dan pengelola akan memverifikasinya terlebih dahulu legalitasnya sebelum memutuskan pemberian titel tersebut. Sayangnya, masih diberikan ruang untuk brand online dengan modal banyak followers di media sosial tanpa pernah berdagang secara offline dan juga tidak diverifikasi lokasi operasionalnya.

Hal inilah yang memungkinkan brand seperti Hamlin untuk menjadi reseller dengan cuan berlipat hanya bermodal tempel logo. Follow, like, dan komentar di media sosial bisa dibeli. Review positif pun bisa dibeli bermodal gaji influencer, tanggungan ongkos kirim, dan potongan biaya layanan platform tanpa perlu mengirim barang sungguhan. Brand juga lihai melirik produk murah dari brand lain yang tidak seterkenal mereka yang mudah disulap karena memang tampak mewah.

Menjadi reseller dengan untung berlipat tak salah, masalahnya barang yang dijual kembali punya brand dan diganti dengan cara yang kurang "usaha" sehingga kemudian mudah copot. Tanpa sedikitpun membedakan kualitas termasuk tingkat KW bahan, para pembelinya jelas rugi bandar. Nilai buruk dan viralisme negatiflah yang didapat oleh pengelola Hamlin dan brand dengan strategi bisnis serupa.

Di satu sisi, tidak semua brand sanggup memiliki modal untuk langsung memulai bisnisnya secara offline di pusat perbelanjaan. Toko juga jelas membuat harga barang menjadi lebih mahal. Akan tetapi, jika harga barangnya semahal produk Hamlin, saya tidak paham kenapa banyak orang mau membelinya daripada produk dari brand lain yang lebih jelas dan lebih mudah didapat di pusat perbelanjaan terdekat.

Ibu saya punya jurus untuk membeli barang secara online dengan risiko tertipu lebih rendah. Barang yang bisa dibeli dengan murah di toko fisik akan dibelinya di sana, barang yang nominal harganya mahal juga cenderung dibeli di toko fisik. Sisanya? Setelah menemukan barang yang diinginkan, gambarnya di-screenshot. 

Shopee menyediakan fitur cari gambar berdasarkan foto di dalam aplikasi dan sisanya perlu mengandalkan Google Lens. Dalam memberikan review, ibu saya selalu bersikap objektif dengan memperhatikan kualitas pelayanan dan barang sekaligus. Barang sama sekali tidak layak untuk diterima? Ajukan pengembalian dana dan jangan segan untuk meninggalkan jejak di media sosial secara bertanggung jawab ketika ditolak oleh brand.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun