Salam budaya teman-teman Kompasianers,
Apakah kita sudah mengenal dengan baik salah satu warisan kebudayaan seni kita, wayang? Mengenal namanya dan pernah melihat bentuknya mungkin iya, tetapi betul-betul mengenal secara dalam mungkin belum.
Indonesia merayakan hari wayang setiap 7 November. UNESCO menetapkan wayang sebagai warisan dunia tak benda pada 7 November 2013 lalu dan Keputusan Presiden No. 30 Tahun 2018 menetapkan tanggal ini sebagai hari wayang.Â
Bagi UNESCO, wayang memiliki kedalaman sejarah, mengandung nilai budaya dan moral positif, memiliki keragaman karakter dan versi, penting dalam upacara dan ritual, dapat dijadikan alat pendidikan budaya dan moral, serta meningkatkan identitas Indonesia baik secara nasional maupun global sehingga layak dinobatkan sebagai warisan dunia.
Wayang sendiri dipertunjukkan berupa drama tradisional yang menampilkan bayangan yang diproyeksikan pada layar yang disebut dengan kelir. Beberapa jenis wayang yang populer antara lain wayang Golek sebagai bagian dari budaya Sunda, wayang kulit sebagai bagian dari budaya Jawa dan Bali, wayang wong sebagai bagian dari budaya Jawa, wayang beber, dan wayang sasak yang berkembang di Lombok. Mari kita bahas salah satu contoh wayang, yaitu wayang kulit.
Sesuai namanya, wayang kulit terbuat dari bahan kulit kambing, sapi dan kerbau. Selanjutnya, kulit ini diproses menjadi kulit lembaran untuk dijadikan properti drama dan tema narasinya seringkali berkaitan dengan kebaikan melawan kejahatan. Wayang kulit ini sering digunakan dalam upacara ruwatan, yang bertujuan membersihkan energi negatif dan memperbarui keselarasan.
Dalam dunia pewayangan, dikenal keberadaan dalang. Dalang berperan sebagai ahli yang memainkan wayang. Informasi tertua mengenai pertunjukan wayang termuat di dalam sebuah prasasti dari Kerajaan Mataram Kuno dari abad ke-9.
Fakta menyedihkan kini terjadi ketika wayang mulai ditinggalkan oleh tayangan film, drama, dan konser termasuk yang melibatkan unsur budaya asing. Meskipun demikian, tetap ada komunitas yang setia melestarikan keberadaannya. Misalnya, kita bisa menonton pertunjukan wayang orang di Gedung Wayang Orang Taman Sriwedari Solo atau Gedung Pertunjukan Wayang Orang Bharata Purwa di Jakarta Pusat.Â
Kecintaan terhadap sejarah wayang, khususnya wayang kulit, bisa mengantarkan kita ke Museum Wayang di Kota Tua Jakarta. Buka setiap hari Selasa sampai Minggu dan Hari Libur Nasional dari jam sembilan pagi hingga tiga sore, tiket masuknya tidak lebih dari lima ribu Rupiah per orang. Di hari Minggu pagi, ada pula dalang profesional yang akan memainkan pertunjukan wayang sehingga pengunjung tidak hanya melihat lebih dari enam ribu koleksi yang ada.
Untuk melestarikan keberadaan wayang, Pemerintah telah bergerak dengan mengadakan pertunjukan di berbagai daerah. Sekarang, menjadi peran kita untuk mau menyaksikannya dan mau mengajak saudara-saudara kita untuk turut menyaksikannya.
Sumber:
https://www.kemenkopmk.go.id/node/127
https://itjen.kemdikbud.go.id/web/7-alasan-wayang-menjadi-warisan-budaya-tak-benda-unesco/#:~:text=Keputusan%20UNESCO%20untuk%20mengakui%20wayang,dan%20sosial%20yang%20terus%20berlangsung.
https://kumparan.com/ragam-info/5-jenis-wayang-yang-terpopuler-di-indonesia-20onF5OlM7b
https://eprosiding.idbbali.ac.id/index.php/senada/article/download/50/30/
https://www.detik.com/jateng/budaya/d-6732102/apa-itu-wayang-ini-pengertian-asal-usul-jenis-fungsinya