Nah, bagaimana jika kita bermain liar saja bahwa satu orang bisa membeli sebanyak-banyaknya tiket tetapi identitas harus diisi lengkap untuk semua penonton sebelum memilih kelas tiket? Sekalipun menggunakan teknik copy-paste, tentu jika peserta gerbongnya banyak akan sulit juga untuk bisa bertarung dengan cepat. Ketika tiket sudah dibayar, identitas langsung dikunci dan tidak bisa diubah lagi sekalipun hanya untuk memperbaiki masalah minor typo. Ya, teliti dong!
Di hari-H, promotor memasang mesin canggih yang akan membaca barcode atau kode QR pada tiket sebagai penyimpan data identitas penonton, mungkin Anda fasih jika pernah berlibur ke Universal Studios di Singapura. Setelah itu, penonton akan diminta mencocokkannya dengan pemindai KTP seperti di bank-bank atau paspor seperti di bandara plus kasino luar negeri. Meminta calo menukarkan e-ticket ke tiket fisik dan kemudian penonton aslinya masuk? Tidak bisa.
Lelang tiket dengan tidak mengumumkan durasi pasti konser jika tidak tunggal
Konser khususnya penyanyi internasional tentu tidak menyewa venue hanya untuk satu atau dua hari karena setup dan merapikan kembali peralatan yang digunakan tidak mudah dan tidak cepat.Â
Selama artis bersedia dan pendukung teknisnya siap, maka sebenarnya durasi konser bisa-bisa saja ditambah. Masalah terjadi ketika promotor tidak membicarakan klausul fleksibilitas jadwal terlebih dahulu dengan artis dan manajemennya, menambah hari setelah tiket sold out tentu sulit apalagi jika berada dalam rangkaian tur dunia dengan jadwal sempit.
Sebagai solusi untuk mengurangi kekecewaan fans sekaligus menarik uang lebih banyak, promotor mungkin bisa menegosiasikan hal ini lebih awal ke artis. Promotor mengumumkan terlebih dahulu tanggal pertama yang dipastikan artis akan manggung dan tanggal-tanggal alternatif apabila ada kemungkinan ekstensi.
Seterusnya, promotor menggunakan sistem lelang dengan mengumumkan terlebih dulu batas bawah harga yang harus dibayar untuk suatu kategori. Pembeli selanjutnya membayarkan deposit sejumlah tertentu untuk mengikuti lelang di mana deposit akan menentukan kelas tertinggi yang bisa diterima dan selanjutnya mereka juga berhak menentukan kelas lain yang ditaksir jika tidak mendapatkan di kelas tersebut.
Jika penjelasan di atas memusingkan, baiknya kita melakukan simulasi. Misalnya, jika mengikuti harga yang sama dengan konser Coldplay ini, deposit saya sebesar Rp8 juta (termasuk pajak dan biaya layanan), dan saya bersedia mendapatkan tiket duduk minimal di CAT 4, maka nama saya akan dipertimbangkan untuk mendapatkan kursi dari CAT 4 sampai CAT 1.
Sistem yang dirancang bersama dengan programmer selanjutnya akan menentukan siapa saja yang mendapatkan tiket, berapa harga final dari setiap kelas tiket berdasarkan penawaran terendah dari mereka yang berhasil mendapatkan tiket di kelas itu, dan mengembalikan selisih uang dari penawaran ke harga final plus uang dari mereka yang tidak mendapatkan tiket sama sekali.
Jika penawaran tinggi sekali dengan harga yang menarik bagi promotor, promotor bisa langsung mengalokasikan orang-orang ini ke tanggal alternatif tanpa memerlukan konfirmasi pembeli tiket dan memperpanjang durasi konser. Jadi uangnya tidak lari ke para calo.
Pembatalan tiket? Boleh, tetapi dikenakan pemotongan seperti tiket pesawat dan tunggu ada pembeli penggantinya
Jika promotor ingin menggali uang lebih banyak lagi, marketplace untuk mereka yang gagal mendapatkan tiket saat penjualan awal bisa saja dibuat secara resmi. Mekanismenya, ketika ada pihak-pihak yang batal menonton, setidaknya mereka bisa membatalkan tiket dengan dikenakan potongan tertentu seperti halnya tiket pesawat.Â
Nah, pembatalan ini hanya akan bisa diproses ketika pembeli pengganti sudah bersedia untuk membeli tiket tersebut. Jadi, bangku kosong di konser bisa dikurangi, percaloan bisa diberantas, dan mereka yang batal menonton konser tidak kehilangan sepenuhnya uang mereka. Yang paling penting, promotor cuan lagi.Â