Google, si "bosnya" Android, akhirnya turut meramaikan pasar ponsel lipat melalui Pixel Fold. Dengan harga peluncuran di Amerika sebesar USD 1799 untuk varian 256GB dan USD 1919 untuk varian 512GB, tentunya importir di Tanah Air akan mengenakan harga lebih mahal yaitu mulai dari Rp37 jutaan mengingat keberadaannya yang tidak resmi. Apakah worth it untuk memilihnya daripada Samsung Galaxy Z Fold 4?
Penampilan ponsel ini dalam kondisi terlipat tampak lebih manusiawi dari Z Fold 4 dan mirip dengan Oppo Find N2 dengan desain yang lebih melebar. Aspect ratio layar depan Pixel Fold ini adalah 17.4:9 yang membuatnya tidak tampak terlalu tinggi seperti Z Fold 4 yang mencapai 23.1:9 dan tampak bersaing dengan Nokia Communicator zaman dulu itu. Ditambah lagi, meskipun layar Pixel Fold sedikit lebih kecil dari Z Fold 4 (5.8" vs 6.2"), dia sudah kompatibel untuk menonton konten 1080p FHD daripada Z Fold 4 yang mentok di 900p (alias cukup HD saja). Ya, untuk pengalaman penggunaan dengan satu tangan sih sama saja, Pixel Fold mungkin terasa kelebaran ketika Z Fold 4 terasa kepanjangan.
Ketika digunakan dalam mode tablet, ukuran diagonal layar Pixel Fold dan Z Fold 4 sama yaitu 7.6 inch. Akan tetapi, bezel Pixel Fold terasa lebih boros karena dia memutuskan untuk tidak menggunakan teknologi kamera di bawah layar seperti Z Fold 4. Baik Pixel Fold maupun Z Fold 4, layar dalamnya sama-sama siap menonton konten beresolusi 4K dengan frame rate 120 Hz. Dan atas kerja keras Google mendesain produknya, Pixel Fold bisa memberikan kapasitas baterai lebih besar di 4821 mAh dengan bodi yang tetap lebih tipis dari Z Fold 4 (4400mAh) dan Find N2 (4520 mAh), meskipun tetap saja bodi lebih berat dari keduanya.
Bagi para pebisnis dan juga pengguna yang tidak berminat gonta-ganti ponsel dalam jangka pendek, Google membekali Pixel Fold dengan perangkat keras berupa cip keamanan Titan M2 dan juga menjanjikan lima tahun pembaruan software, ya paling tidak untuk security update. Z Fold 4 dijanjikan dengan empat tahun OS update dan lima tahun security update, tetapi mengawali "karirnya" bersama Android 12 tahun lalu dan itu berarti update terakhir akan lebih terbelakang dari Pixel Fold yang mungkin debut bersama Android 13 atau Android 14 nantinya. Ditambah lagi, Pixel UI tentu lebih minim bloatware dibandingkan One UI sehingga membutuhkan tenaga yang lebih ringan.
Seribu sayang, pujian berhenti sampai di situ. Layar depan Pixel Fold menggunakan Gorilla Glass Victus non-Plus yang memberikan perlindungan selangkah lebih rendah dari Z Fold 4 dan layar dalamnya tidak mendukung penggunaan stylus. Para pebisnis tentu mengharapkan tingkat keamanan layar yang terbaik dari hal tidak terduga dan kemampuan catat-mencatat dengan cepat di momen penting. Ditambah lagi pendekatan desain engsel yang berbeda membuat penggunanya bekerja lebih keras untuk membuka lipatan ponsel dan itu pun tidak akan membuatnya benar-benar lurus ketika ditaruh di atas meja datar.
Sudah penebalan wadah lensa kamera di bodi belakang kurang estetik, Google juga tidak memberikan lensa kamera utama terbaik di Pixel Fold. Resolusi 48MP dengan ukuran per piksel sebelum binning jelas kalah menarik dari Galaxy Z Fold 4, keluarga Pixel 7, dan Find N2. Ditambah lagi, meskipun memang belum diperlukan benar, kemampuan perekaman video beresolusi 8K yang absen di Pixel Fold juga cukup disayangkan.Â
Usaha Google mendatangkan kemampuan optical zoom dengan perbesaran lima kali memang patut diapresiasi ketika pasar hanya memberikan dua sampai tiga kali ditambah dengan resolusi kamera dalam yang jelas lebih tinggi dari Z Fold 4 dan foto yang dihasilkan semua lensa kameranya memang bagus, tetapi bisa lebih baik lagi untuk lensa utama yang cenderung bekerja lebih keras saat liburan khususnya ke luar negeri.
Hal yang paling menyedihkan tentu saja adalah prosesor Tensor G2 berfabrikasi 5 nm yang masih mengandalkan inti ARM Cortex X1, A78, dan A55 yang mentok di arsitektur ARMv8.2. Baik Z Fold 4 maupun Find N2 menggunakan Snapdragon 8+ Gen 1 berfabrikasi 4 nm yang sudah mengandalkan inti-inti berbasis arsitektur ARMv9 sehingga tidak hanya lebih kencang dan modern, tetapi juga lebih irit daya ketika ditambah lagi dengan fakta bahwa Snapdragon hanya memerlukan satu inti Cortex-X ketika Tensor membutuhkan dua inti. Lebih kacaunya lagi, Tensor G2 hanya memberikan performa sekitar Snapdragon 888 atau MediaTek Dimensity 9000 sehingga keberadaannya akan semakin tertinggal ketika seri terbaru dari ponsel lipat pesaing meluncur.
Saran saya sih, jika memang butuh ponsel lipat, lebih baik membeli yang pasti-pasti saja dan hadir resmi di Tanah Air yaitu Z Fold 4, ditambah fakta bahwa dia memang cenderung lebih baik. Sekalipun kalian cinta sekali dengan lini Google Pixel, mari kita berikan waktu kepada Google untuk merancang prosesor Tensor lebih baik lagi di generasi ketiganya dan pengalaman mereka merancang ponsel lipat baru ada di generasi pertama.Â
Ya, ditambah lagi Z Fold 4 lebih murah, layanan pascapenjualan lebih jelas, dan selisih harganya dengan Pixel Fold hasil jastip importir itu bisa cukup untuk membeli tiket Ultimate Experience konser Coldplay atau tiket Cat 1 biasa untuk dua orang (baca: di harga resmi). Bisa dong berfoto kece dengan ponsel baru di momen bertemu Chris Martin dan kawan-kawan yang kemungkinan terulang kembalinya tidak besar?