Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Agar Kenaikan Harga Minyak Goreng Tidak Membuat Kita Semakin Menjerit

17 Maret 2022   23:35 Diperbarui: 17 Maret 2022   23:41 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Life hack. Sumber ilustrasi: PEXELS/SeaReeds

Melejitnya harga minyak goreng membuat kita menjerit. Pasokannya yang sulit dicari di mana-mana, sekalinya ada antara harga mahal mengadi-ngadi atau antrean belinya panjang mengular. Ketika ada tokoh publik membagikannya dalam jumlah banyak, muncul keraguan apakah mereka benar-benar baru membeli di pasar atau sebelumnya menimbun di harga murah.

Kemarin sempat diberlakukan harga eceran tertinggi untuk produk minyak goreng, tetapi ternyata ini tidak berlangsung lama dan dikembalikan ke harga pasar. Ketika kondisi semakin sulit, siapa yang pantas dipersalahkan?

Sulit untuk menyalahkan harga minyak kelapa sawit yang melonjak karena naiknya permintaan seiring perang Rusia-Ukraina yang belum usai, kita hanya bisa mendoakan perdamaian segera terjadi untuk keduanya. Pemerintah juga sudah berupaya melalui pemberlakuan harga eceran tertinggi (HET) yang kemudian dicabut kembali karena kurang efektif dan kenaikan batas bawah proporsi produksi CPO dalam negeri yang harus dialokasikan ke dalam negeri (alias DMO).

Hal yang patut membuat kita kesal adalah ulah kelompok tertentu yang sengaja mengurangi persediaan di pasar dengan menimbun minyak goreng dalam jumlah banyak. Sudah demikian, eh malah dijual ke luar negeri demi meraup cuan. Sambil berharap penegak hukum bisa memberikan hukuman yang setimpal, sesungguhnya kita sebagai rakyat biasa tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa beradaptasi dengan keadaan yang ada.

Momentum mahalnya harga minyak goreng ini mengajak kita berpikir kembali soal pola makan selama ini. Gorengan sulit lepas dari kehidupan sehari-hari, meskipun kita sadar akan risiko kolesterol dan radang tenggorokan. Umumnya ada dua alasan, kalau bukan murah ya enak. Apalagi bulan puasa datang tidak lama lagi, gorengan menjadi salah satu pilihan takjil yang sulit dihindari kan?

Umumnya membuat gorengan yang enak melibatkan minyak goreng dalam jumlah yang berlebihan, apalagi jika melibatkan proses deep fry. Fisiknya jelas terlihat becek, ditekan dengan kertas tisu jelas membuatnya langsung basah semua, dan dimakan pun tetap masih terasa sangat berminyak. Padahal, dia tetap bisa terasa enak dengan pemakaian minyak goreng yang lebih sedikit, asal tidak berkekurangan memang karena rasa gorengan bisa saja malah jadi pahit.

Satu hal yang harus diingat adalah, menghemat penggunaan minyak goreng jangan dilakukan dengan tidak mengganti minyak meskipun sudah tidak layak dipakai. Apalagi jika warnanya sudah kecoklatan bahkan hitam, gantilah. Dia sudah tidak sehat untuk tubuh kita dan bisa mendatangkan berbagai penyakit.

Akan lebih baik lagi jika kita bisa mengurangi konsumsi gorengan untuk menghemat pemakaian minyak goreng. Masih ada makanan yang cukup ditumis alias lebih sedikit minyak goreng, bahkan direbus atau dikukus alias tidak menggunakan minyak goreng. Di sini saya tidak membicarakan tentang menggoreng dengan air fryer atau memanggang dengan oven, kedua alat tersebut tidak murah.

Membeli minyak goreng jangan dadakan, ketika sudah habis baru kacar-kacir mencari. Bukan berarti kita menimbun, beli seperlunya dan tetap perhatikan kebutuhan teman-teman yang lain. Akan tetapi, ketika kita tahu bahwa stok mulai menipis, luangkan waktu untuk mencarinya di supermarket, minimarket, atau toko online. Jangan sampai kita terdesak dan terpaksa membeli minyak di pengecer terdekat dengan harga yang relatif lebih mahal.

Demikian adaptasi yang bisa kita lakukan menghadapi harga minyak goreng yang naik dan stoknya yang langka. Lebih baik kita menyesuaikan pola makan dan lidah sedikit menjerit di awal tetapi hidup jadi lebih sehat daripada kantong menjerit karena pengeluaran meningkat. Selamat beradaptasi, termasuk mulai memikirkan alternatif takjil dan hidangan selama bulan puasa nanti yang lebih hemat minyak goreng. Semoga semuanya cepat normal kembali dan tidak menambah kesulitan di tengah masa pandemi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun