Dalam keluarga, pihak yang umumnya menjadi ujung tombak atas pengelolaan keuangan adalah ibu. Dengan pemasukan yang ada, ibu dituntut untuk mengatur pengeluaran dengan baik sehingga semua kebutuhan bisa terpenuhi, kualitas hidup keluarga tetap baik, dan masih ada uang yang bisa ditabung.Â
Mengingat pemasukan itu ada batasnya dan pengeluaran seakan tak ada batas, ibu harus bisa menyiasatinya dengan berbagai cara agar kantong tidak jebol.
Satu lagi, ibu sebagai seorang perempuan tentu juga harus mengesampingkan keinginan pribadinya untuk berbelanja terlebih jika sudah memiliki anak.
Salah satu hal yang disenangi seorang ibu adalah potongan harga alias diskon. Diskon memungkinkan ibu membeli barang kebutuhan dengan harga yang lebih murah dan jumlah yang lebih banyak tanpa membuat pengeluaran membengkak.
Nah, mengingat sebentar lagi tanggal kembar akan datang lagi, yaitu 9.9 alias 9 September, mungkin sudah bersiap-siap untuk mengisi keranjang belanja dan langsung checkout di hari-H.Â
Oh iya, seiring level PPKM yang sudah menurun di banyak daerah dan pelonggaran soal boleh datang ke pusat perbelanjaan, mungkin ibu-ibu yang sudah divaksin berani melihat-lihat di sana? Saran saya sih, kalau mau berbelanja ya daring dulu di rumah untuk membantu pengendalian laju COVID-19.
Nah, permasalahannya adalah seringkali ibu tidak memerhatikan hal-hal yang berkaitan dengan diskon ini, sehingga alih-alih pengeluaran benar-benar menurun dan justru malah tetap membengkak.
Hal ini semakin mengkhawatirkan ketika pandemi COVID-19 belum sepenuhnya berakhir dan sebenarnya kita masih harus menyiapkan dana cadangan yang lebih besar untuk menghadapi ketidakpastian finansial.
Oleh karena itu, berikut hal-hal yang harus diperhatikan terkait diskon yang ditawarkan.
Diskon terkait acara atau kerja sama tertentu yang sedang diadakan oleh toko
Dalam rangka memperingati hari-hari penting terkait kehidupan masyarakat secara keseluruhan atau perjalanan toko, potongan harga sering diberikan dengan besaran yang menarik.