Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menjaga Alam dan Meningkatkan Kesadaran untuk Penanggulangan Bencana

8 September 2019   10:16 Diperbarui: 8 September 2019   11:33 893
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Contoh peta bahaya bencana berdasarkan wilayah yang diterbitkan oleh BNPB, diunduh dari Detikcom

Bagaimanapun juga, apabila bencana besar terjadi, bisa saja tingkat risikonya lebih besar dari yang selama ini kita lihat dan duga. Oleh karena itu, tindakan menjaga alam sangatlah diperlukan untuk meminimalisasi risiko, misalnya dengan menanam dan melestarikan pohon kelapa beserta bakau, juga menempatkan karung pasir di pinggir pantai untuk menahan laju abrasi dan gelombang tsunami. 

Apabila mengetahui pihak yang melakukan atau ingin melakukan tindakan merusak alam, kita harus berani melapor kepada otoritas terkait agar ditindak sebagaimana mestinya.


Langkah kedua adalah memasang sistem peringatan dini atas kejadian bencana, misalnya sirine. Lagi-lagi, Pemerintah bersama para peneliti bergerak untuk menempatkannya dan masyarakat berperan merawat peralatan yang ada serta melaporkan apabila melihat peralatan tersebut mengalami kerusakan. Untuk kepentingan pelaporan, masyarakat perlu dibekali nomor-nomor darurat dan kontak BPBD di wilayahnya. 

Selanjutnya, masyarakat dilatih untuk mengetahui bentuk peringatan dini yang diberikan oleh sistem dan bersama-sama mengembangkan agar peringatan ini bisa diberikan melalui ponsel berbentuk pesan singkat (SMS). 

Mengapa harus SMS? Ketika bencana terjadi, koneksi internet biasanya melambat dan terlalu lama untuk menyampaikan pesan dengan menelpon satu persatu orang.


Langkah ketiga adalah memberikan pendidikan penanggulangan dan penanganan bencana kepada masyarakat. Bentuknya dimulai dari penyuluhan, di mana masyarakat diberitahu secara teoritis, sampai latihan berbentuk simulasi. 

Mereka dididik untuk bereaksi dengan cepat dan tepat atas indikasi terjadinya bencana, menyelamatkan diri tanpa kepanikan yang berlebihan, serta mampu melakukan rehabilitasi kehidupan pascabencana.

Langkah keempat adalah mempersiapkan "persenjataan" menghadapi bencana secara individu maupun kelompok. Ketika bencana datang, kelompok perlu mempersiapkan tandu untuk memindahkan anggotanya yang mengalami disabilitas dengan cepat, peluit dan kompas untuk mengarahkan gerak para anggota, serta senter besar untuk memberikan petunjuk jalan. 

Individu mempersiapkan hal-hal yang lebih spesifik berdasarkan kebutuhan pribadi masing-masing dan disimpan dalam tas siaga bencana (TSB).

Tas Siaga Bencana (TSB)

Tas siaga bencana dan isinya menurut Buku Saku Menghadapi Bencana terbitan BNPB
Tas siaga bencana dan isinya menurut Buku Saku Menghadapi Bencana terbitan BNPB

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun