Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Berbagai Merek Ponsel Pintar atau Tetap Satu Smartphone Plus Sebuah Tablet Terpisah?

9 April 2019   19:19 Diperbarui: 9 April 2019   19:35 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di pekan MWC 2019 ini, muncul penyempurnaan inovasi berupa ponsel lipat yang bisa dikonversi menjadi tablet. Jika dulu kita mengenal Royale Flexpai, produk pertama dari produsen yang tidak terkenal dan para pengulas juga kompak mengatakan untuk tidak membelinya, sekarang seharusnya lebih baik. Tak hanya satu, tetapi dua sekaligus yang hadir, Samsung Galaxy Fold dan Huawei Mate X. LG datang dengan solusi lain, yaitu aksesoris layar kedua untuk V50 ThinQ. Jadi, kita tak perlu membeli ponsel dan tablet terpisah kan?

Penjualan tablet secara umum boleh dibilang terus meredup, tetapi keberadaannya bagi anak kuliah justru semakin populer. Di tengah kemalasan mahasiswa untuk membeli kertas binder atau buku catatan, menulis dengan rapi, dan mengarsipkan dokumennya, tablet berlayar besar dengan kamera mumpuni dan pulpen digital jadi pilihan. Foto tulisan dosen di papan tulis, tambahkan keterangan seperlunya di atasnya untuk menambah pemahaman, selesai. Baik dengan tablet Android maupun iOS, aplikasi yang menjadi andalan jelas Microsoft OneNote untuk mencatat dan Adobe Reader untuk membaca ebook sambil meninggalkan jejak di atasnya.

Layar smartphone tetap dianggap kurang mumpuni untuk melakukan misi ini meski terus membesar karena butuh zooming dan scrolling untuk bisa membaca satu halaman secara utuh dan nyaman, baik itu catatan, buku, maupun halaman web. Belum lagi untuk menulis, ruang yang tersedia sangatlah sempit. Akan tetapi, keberadaannya tak bisa dihilangkan untuk menelpon dan mengetik SMS. Siapa yang mau memegang talenan, istilah untuk tablet, dan meletakkan di samping telinganya? Bagaimana jika kita bisa menggabung mode ponsel dan tablet dalam satu perangkat saja?

Samsung Galaxy Fold

Ponsel lipat pertama yang meluncur sesaat sebelum MWC adalah Galaxy Fold dengan banderol di AS sekitar US$ 1.980 dan jika ponsel ini diboyong ke Indonesia, harganya bisa-bisa melambung hingga Rp48 juta. Prosesornya adalah Qualcomm Snapdragon 855, terbaik saat ini di pasar Android. Sistem kamera depan dan belakangnya serupa dengan Galaxy S10+, sang juara umum DXOMark saat ini. RAM-nya sebesar 12GB dan memori internalnya sebesar 512GB tanpa slot microSD, lumayan besar untuk menyimpan buku dan film-film.

Kekecewaan mulai terasa ketika melihat bodinya. Engsel ponsel ini terasa begitu tebal sehingga ketebalan mode ponsel menjadi 17 mm dan mode tablet menjadi 6.9 mm, sangat mengganggu. Rasio layar yang digunakan juga jadul, 4:3 ala-ala zaman kita memakai Windows XP dulu. Layar ponsel terletak di bagian depan dengan berukuran 4.6 inci dan resolusi HD+, tergolong sangat kecil untuk ponsel zaman sekarang dan menyisakan ruang hitam yang sangat besar tanpa fungsi apa-apa. Ketika layar tersebut dilipat ke belakang, terlihatlah bagian dalam berukuran 7.3 inci dan resolusi QXGA+, itu pun tidak penuh karena ada ruang untuk kamera di bagian pojok kanan atas. One UI memungkinkan Anda membuka tiga aplikasi sekalgus di mode ini dan sangat pas untuk mahasiswa yang belajar sambil menonton video YouTube serta berdiskusi dengan teman-temannya. Layar yang terpisah ini menguntungkan pengguna ketika layar mode ponsel rusak, layar mode tablet masih bisa berfungsi dan berlaku sebaliknya.

Hal yang paling mengecewakan adalah kapasitas baterai. Ketika tablet sebesar itu banyak mengandalkan baterai 5000mAh, tablet sekaligus ponsel hanya menggunakan baterai 4380mAh dan kemampuan pengecasannya masih terbatas pada Quick Charge 2.0 berdaya 15 W. Kecewa! Mengingat Samsung adalah produsen yang paling menggebu dan start duluan di industri ponsel lipat, kecewa.

Satu-satunya hal yang mungkin menggembirakan dari ponsel ini adalah ketersediaan aksesoris yang lebih baik karena kabarnya Spigen sudah menyiapkan produk casing. Namanya juga Samsung, mencari aksesorisnya selalu lebih mudah.

Huawei Mate X

Ponsel lipat kedua yang meluncur tepat di hari pertama ajang MWC 2019 adalah Huawei Mate X. Jeroan dikabarkan sama dengan Mate 20 Pro yaitu Kirin 980 dikombinasikan bersama RAM 8GB dan 512GB sehingga performanya bisa dipastikan kalah dari Galaxy Fold.

Tunggu dulu, semua sisanya lebih unggul malah. Pertama, konektivitas modem 5G Balong 5000 membuat kecepatan maksimalnya hingga 4.6Gbps, dua kali lebih cepat dibandingkan modem 5G di Qualcomm X50 milik Snapdragon 855.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun