Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Kematangan Usia Pasutri untuk Menikah

9 Agustus 2016   13:46 Diperbarui: 9 Agustus 2016   13:51 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernikahan adalah salah satu tahapan penting dalam kehidupan ketika seorang pria dan seorang wanita yang saling mencintai mewujudkan komitmen mereka untuk mengurangi hidup bersama-sama. Ikatan pernikahan dicatat baik secara hukum maupun agama dan tentunya diharapkan bisa dijalani dengan baik sampai maut memisahkan.

Pentingnya kematangan usia pasutri dalam mendapatkan penghasilan dan mendidik anak dengan baik

Pernikahan tidak hanya berbicara soal cinta, cinta, dan cinta. Bersatunya seorang pria dan wanita berarti bersatunya berbagai unsur dalam kehidupan mereka, termasuk di antaranya kehidupan finansial dan mendidik anak. Keluarga ideal akan terbentuk apabila unsur-unsur tersebut dapat disatukan dengan sempurna.

Kehidupan finansial akan berjalan dengan baik apabila suami sebagai kepala keluarga mampu menghasilkan nafkah yang mencukupi. Suami bisa menghasilkan nafkah yang mencukupi apabila sebelumnya telah mendapatkan pendidikan hingga taraf tertentu. Pendidikan tersebut diraih dengan pengorbanan waktu yang tidak pendek, paling tindak untuk mendapatkan gelar Sarjana dibutuhkan waktu tiga tahun. Dihitung sejak lahir, butuh waktu paling tidak 21 tahun untuk menunggu seorang individu mendapatkan gelar Sarjana.

Mendidik anak berarti meneruskan nilai-nilai yang diketahui dan dianut oleh orang tua kepada anak-anaknya. Nilai tersebut dapat diteruskan dengan benar apabila orang tua sudah benar-benar memahami dan memiliki pengalaman terkait apa yang benar serta apa yang salah. Mendapatkan pengalaman ini lagi-lagi memerlukan perjalanan waktu yang tidak pendek.

Pentingnya kematangan usia pasutri dalam menciptakan keluarga tanpa masalah

Dalam perjalanan hidup berkeluarga, berbagai masalah dari yang paling sepele sampai yang paling serius akan terus melanda. Tak jarang suami dan istri akan berselisih pendapat dalam menyelesaikan masalah ini. Dibutuhkan kedewasaan di antara mereka untuk bisa mendapatkan jalan keluar yang terbaik. Ketika suami dan istri sama-sama masih muda, mereka cenderung memilih jalan terpendek dan mempertahankan pendirian mereka masing-masing tanpa mau mengalah sehingga perselisihan yang lebih besar tak terhindarkan dan risiko akan perceraian ikut meningkat. Perceraian akan merusak hubungan di antara mereka berdua, kedua keluarga besar, dan terlebih lagi mental anak-anak yang harus menjadi korban.

Tak hanya masalah antara suami dan istri, masalah bisa timbul antara orang tua dan anak lagi-lagi karena persilangan pendapat. Orang tua yang masih muda lagi-lagi cenderung mempertahankan pendirian mereka sendiri tanpa mempertimbangkan pemikiran anak, belum lagi orang tua menghambat impian anak sebagai bentuk pelampiasan terhadap impiannya yang tidak terwujud. Masa depan anak terancam terbengkalai.

Masalah yang paling buruk bisa terjadi ketika orang tua bercerai karena salah satu di antara mereka memutuskan untuk menikah lagi dengan orang lain. Hal ini disebabkan karena ketika menikah muda, habislah sudah waktu yang memang menjadi hak milik untuk mencari pasangan terbaik, seperti terucap dalam lirik lagu berikut : "Pernikahan dini, waktunya terlalu pagi, padahal cintaku harusnya merdeka." Anak lagi-lagi menjadi korban.

Pentingnya kematangan usia pasutri dalam menciptakan keluarga yang sehat

Ketika suami dan istri masih sama-sama muda dan dalam masa di mana mereka masih mengalami pertumbuhan secara fisik, mereka membutuhkan asupan gizi yang mencukupi. Sekarang, bayangkan jika uang yang mereka miliki harus digunakan juga untuk mencukupi asupan anak, apa yang terjadi dengan mereka sekeluarga? Pertumbuhan mereka semua dikhawatirkan tidak ada yang maksimal, khususnya untuk sang ibu. Ketika ibu mengandung, ibu akan membagikan asupan gizi kepada anaknya ketika dia sendiri masih membutuhkan gizi untuk bertumbuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun