Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Faiz Fakhruddin dan Sekolah Gajah Wong

30 Januari 2016   11:41 Diperbarui: 30 Januari 2016   12:33 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Potret seorang Faiz Fakhruddin, seperti dihimpun oleh merdeka.com

Faiz Fakhruddin, seorang pria berumur 35 tahun ini, sudah pernah masuk layar kaca. Bahkan Sabtu siang kemarin pria yang satu ini baru tampil kembali di acara asuhan Andy F. Noya. Siapakah beliau? Artis, anggota DPR, atau pejabat mungkin? Bukan! Beliau adalah seorang tokoh inspiratif di bidang pendidikan dan kemanusiaan.

Faiz layak disebut sebagai pahlawan setelah mendirikan sekolah di kawasan Ledhok Timoho, yakni Sekolah Gajah Wong. Sekolah ini berdiri pada tahun 2010 lalu dengan tujuan memutus rantai kemiskinan di Ledhok Timoho melalui jalur pendidikan. Faiz dan para pengelola sekolah lainnya tak ingin anak-anak malah mengamen di jalan atau memulung, bukannya menimba ilmu yang bermutu.

Faiz sendiri mulai aktif dalam bidang pendidikan dan kemanusiaan ketika beliau bergabung dengan Tim Advokasi Arus Bawah (TABAH) sebelum akhirnya mendirikan sekolah ini. Berfokus pada pendidikan PAUD dan TK, siswa saat ini berjumlah 38 orang dengan pengajar sebanyak 5 orang.

Kurikulum yang digunakan bukanlah ditentukan oleh guru, melainkan menjadikan murid sebagai pusat dan penentu apa yang akan dipelajari melalui rapat setiap tiga bulan.

Sekolah ini tidak memungut biaya bagi para pelajarnya. Uang untuk biaya operasionalnya dari mana? Dari donasi sampah yang diberikan oleh mereka di tempat tertentu tersedianya plastik untuk donasi tersebut. Sampahnya untuk apa? Sebagian untuk dijual dan membiayai operasional sekolah. Sisanya, dijadikan media pembelajaran di mana para siswa sendirilah yang membuatnya sesuai dengan tema pembelajaran. Keren, semangat Go Green sudah ditanamkan di sini sejak dini di luar nilai-nilai sosial dan gotong royong lainnya yang diterapkan. Pendidikan luar ruangan, motorik, lingkungan, tenggang rasa, dan turun ke lapangan menjadi contoh dari kegiatan di sekolah ini.

Lalu, siapa yang membersihkan gedung sekolah? Tentunya biaya petugas kebersihan cukup mahal. Faiz menyiasatinya dengan memberlakukan jadwal piket untuk para ibu dari siswa, pada Sabtu di pekan kedua dan keempat setiap bulannya. Tak hanya mendidik anaknya saja, orang tuanya pun ikut didik terkait pola asuh anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun