Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Lebih Dekat Sang Perintis Sokola Rimba

6 Januari 2016   18:08 Diperbarui: 6 Januari 2016   18:42 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Inilah dia sang perintis Sokola Rimba seperti terunggah di life.viva.co.id.

Sokola Rimba, siapa yang belum pernah dengar? Rasanya semua pengunjung Kompasiana pasti sudah pernah mendengar atau membacanya. Sokola Rimba menjadi bukti bahwa untuk mewujudkan jiwa yang peduli akan kemanusiaan tidak harus dengan menyumbangkan uang dalam jumlah fantastis. Menyumbangkan ilmu juga merupakan wujud nyata kemanusiaan. Nah, kali ini saya akan membahas mengenai sang perintis Sokola Rimba, Butet Manurung. Selamat membaca dan semoga menginspirasi.

Mengenal pribadi
Butet Manurung, bernama asli Saur Marlinang Manurung, merupakan sosok wanita hebat kelahiran Jakarta pada tanggal 21 Februari 1972. Beliau merupakan lulusan jurusan antropologi Unpad. Nama "Butet" sendiri merupakan panggilan akrab yang diberikan oleh teman-temannya. Enam tahun lalu, beliau resmi menikah dengan Kelvin James Milne di Canberra, Australia.

Menjadi dikenal karena...
Butet Manurung menjadi dikenal karena pendirian sekolah pertama di kalangan Suku Kubu (Orang Rimba) yang masih terpencil bernama Sokola Rimba. Sekolah ini bukanlah sekolah formal, melainkan hanya berbentuk sepetak bangunan tembok dan beratap genteng. Sokola itu bisa ditinggalkan dan berpindah sewaktu-waktu. Sulitnya intik menentukan alamat sekolah itu sampai-sampai jika ditanya, Butet menjawab, "Pada koordinat 01' 05' LS - 102' 30' BT."

Dasar pemikiran untuk mendirikan Sokola Rimba

Orang Rimba dulu menemukan kesulitan dalam melakukan perjanjian dan seringkali ditipu orang luar karena tidak bisa membaca dan menulis. Hal inilah yang mendorong Butet untuk mengabdikan diri mengajar baca dan tulis di Taman Nasional Bukit 12 dan Bukit 30, Jambi, sejak 1999. Berat awalnya karena Orang Rimba menganggap pendidikan adalah budaya dari luar, untungnya Butet tetap optimis dan tidak menyerah. Butet berhasil meyakinkan masyarakat rimba bahwa pendidikan dapat melindungi mereka dari ketertindasan dunia luar.

Cara mendidik yang tidak biasa
Butet mengajarkan cara membaca secara huruf per huruf menurut bentuk dan cara mengejanya. Keterbatasan alat tulis membuat Butet harus menyiasati cara mengajar baca tulis dengan menggunakan ranting pohon.

Tidak hanya itu, Butet juga mengajarkan cara menghitung, pengenalan akan dunia luar, keterampilan hidup, dan kemampuan melakukan mediasi.

Mendidik anak supaya mengajarkan yang lain juga
Dalam mengajar, Butet Manurung berharap di antara anak-anak yang dididik lahirlah jiwa-jiwa yang juga mau berjuang bersama Sokola Rimba mencerdaskan masyarakat Anak Dalam. Bersama 14 anak yang kemudian menjadi guru, Sokola Rimba terus hadir sampai ke jantung rimba.

Pengakuan terhadap kontribusi di bidang pendidikan dan kemanusiaan
Pada tahun 2001, Butet mendapatkan penghargaan "The Man and Biosphere Award" dari LIPI-UNESCO. Di tahun yang sama, ANTV memberikan gelar "Woman of The Year" untuknya. Tiga tahun kemudian, Majalah Time memberikan penghargaan "Heroes of Asia Award 2004" dan ANTV kembali memberikan penghargaan yang sama seperti pada 2011. Pada Oktober 2007, majalah Globe Asia menempatkan sosok Butet Manurung sebagai perempuan penting berpengaruh di Indonesia, tepatnya di peringkat 11 mengalahkan Ibu Yenny Wahid.

Kini, Sokola Rimba menjadi inspirasi di mana Pemerintah tertarik mengadopsi sistem pembelajarannya. Sekolah serupa telah hadir di delapan tempat lainnya menghadirkan pencerahan bagi masyarakat terbelakang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun