Group Field Work (GFW) adalah salah satu mata kuliah yang wajib bagi mahasiswa Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Diponegoro Semarang yang bertujuan untuk mengembangkan wawasan baru di bidang teknik sipil melalui observasi di lapangan, diskusi, dan interaksi dengan beberapa institusi yang bergerak pada konsentrasi tertentu. GFW dilaksanakan dengan melakukan kunjungan di beberapa lokasi proyek, institusi, maupun perusahaan yang bergerak di bidang teknik sipil.
Lokasi Kunjungan
Lokasi yang dipilih untuk kunjungan GFW Konsentrasi Sumberdaya Air angkatan 2015 adalah Singapura dan Sumedang. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 21-25 Nopember 2016 dengan lokasi kunjungan antara lain National University of Singapore (NUS), Marina Barrage, dan Waduk Jatigede di Sumedang.
Singapura
Lokasi pertama yang di kunjungi adalah Singapura, dengan destinasi pertama adalah NUS. Sampai disana rombongan disambut oleh Prof. Khim Chye Gary ONG, seorang Associate Professor dan Deputy Head (Administration) di Department of Civil and Environmental Engineering NUS. Kunjungan tersebut dimanfaatkan untuk mengenal lebih jauh kondisi dan lingkungan belajar di National University of  Singapore dengan melakukan Campus Tour.
Prof. Khim Chye Gary ONG menjelaskan mengenai konstruksi berkelanjutan di Singapura. Dengan Luas tanah sebesar 710 km² dan penduduknya berjumlah 5,813 juta orang yang setiap tahun jumlahnya selalu bertambah, berbanding terbalik dengan luas tanahnya. Oleh karena itu Singapura memulai pembangunan perkotaannya dengan menyusun sebuah rencana tata ruang yang berkelanjutan untuk mengatur penggunaan lahan secara efektif dan efisien. Selain itu Pemerintah Singapura juga mengambil prinsip keseimbangan Ekonomi, Sosial dan Lingkungan dalam pengadaan perumahan densitas tinggi. Selain itu, Kebijakan Perumahan juga diarahkan menjadi pemacu kegiatan ekonomi terkait di industri bangunan seperti permintaan bahan bangunan, pelayanan profesi dan sub-profesi baik secara permanen maupun kontraktual.
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan luas ± 1.905 juta km2 dengan jumlah penduduk ± 249,9 juta jiwa masih memiliki lahan kosong yang belum di manfaatkan, sehingga teknologi pembangunan yang diterapkan di Singapura kurang sesuai untuk diterapkan di Indonesia. Akan tetapi butuh kajian lebih lanjut dan disesuaikan dengan permasalahan dan kebutuhan di tiap daerah. Contohnya saja proyek reklamasi yang disinergikan dengan Pengembangan Terpadu Pesisir Ibukota Negara atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) di Jakarta
- Masalah banjir, bangunan ini menjadi solusi banjir karena dapat menahan banjir dan gelombang dari laut;
- Masalah minim air bersih, bangunan ini sebagai tembok urban reservoir air tawar terbesar di Singapura seluas 10.000 Ha;
- Kurangnya fasilitas landmark dan ruang terbuka untuk warga Singapura, sehingga Marina Barrage menyediakan sarana bermain, olahraga dan hiburan lainnya.
Bukan tidak mungkin teknologi pembangunan seperti di Marina Barrage dapat di aplikasikan di Indonesia. Dimana dapat dijadikan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan banjir di beberapa kota di Indonesia. Disamping itu dapat dijadikan sebagai water supplydan destinasi wisata yang menarik para wisatawan dalam dan luar negeri sehingga dapat menambah devisa negara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H