Mohon tunggu...
Meta Maftuhah
Meta Maftuhah Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan UMKM dan survey sosial ekonomi yang senang menulis blog.

Visit my blog : http://www.ceumeta.com Contact : meta.maftuhah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Kerupuk Banjur, dan Es Goyobod, Juara Tajil di Daerah Kami

12 Mei 2019   23:45 Diperbarui: 12 Mei 2019   23:54 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah obrolan menjelang buka puasa tahun lalu, muncul pembahasan, apa hidangan favorit berbuka puasa di Bandung? Jawabannya adalah gorengan. Entah harus tersenyum, geli, atau miris, tapi ya itu adalah sebuah kenyataan yang tidak bisa dihindarkan. Bala-bala, gehu, cireng, jadi menu yang diburu para pencari tajil. Bukan kolak, candil atau hidangan lainnya. 

Tetapi di tempat tinggal saya yang terletak di daerah perbatasan kota Bandung, ternyata ada yang berbeda. Sudah beberapa tahun ini, kerupuk banjur jadi menu incaran. Menu ini bisa dibilang makanan jadul yang terdiri dari kerupuk aci berwarna kuning yang disiram dengan kuah sambal oncom. Jangan tanya tentang kualitas gizi menu tadi.

Menu Favorit Keluarga yang Berbeda

Sebetulnya di antara menu yang ada, bukanlah menu favorit keluarga. Setiap tahun, kami memilih buah sebagai menu berbuka. Bukan anti mainstream, tapi kondisi tubuh yang butuh vitamin membuat buah sebagai menu berbuka terbaik yang harus dipilih. Apa boleh buat, menu yang kami inginkan tidak ada yang menjual. Walhasil, harus membuat sendiri. Tapi sebetulnya tidak sulit untuk membuat menu yang menjadi konsumsi keluarga. Hanya potongan buah ditambah air dan madu. Jenis buahnya sesuai dengan yang ada di pasar. Yang pasti cocok dengan pencernaan, dan tidak sulit untuk didapat.

Untuk tambahannya, kadang membeli di luar, terkadang juga membuat sendiri. Yang pasti, untuk tajil cukup mengganjal perut dan mengurangi rasa lapar dan haus yang mendera sejak dini hari hingga petang. Melihat penjual tajil di daerah kami, setiap tahun terus bertambah. Dengan menu kekinian yang modern, maupun menu jadul yang dulu jadi menu favorit, kini hadir kembali.

Berburu tajil memang menyenangkan, asal jangan sampai mendekati waktu maghrib. Karena walau lokasi tempat berjualan tidak jauh dari rumah, tetapi  karena semua orang berkumpul pada waktu yang bersamaan, jalanan pun menjadi macet. Semoga Ramadan tahun ini akan lebih baik dari tahun lalu. Baik dari sisi kualitas ibadah, maupun kondisi sosial di masyarakat. Berburu tajil memberi kesan dan warna bahwa Ramadan menjadi sumber rejeki bagi banyak orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun