Memulai perjalanan dari Wiena yang merupakan tempat tinggal mereka ketika sampai di Eropa, dan kota dimana sang suami kuliah. Ketika Rangga kuliah, Hanum belajar kursus bahasa Jerman dengan tujuan agar dapat mudah berkomunikasi dengan orang lain dan mudah mendapatkan pekerjaan pula, karena ia merasa jenuh kalau hanya tinggal di rumah saja. Saat ia mencari tempat kursus, di sebuah jalan ia melihat seorang perempuan yang menggunakan jilbab sedang bolak-balik dari Toko satu ke yang lainnya. Ia bingung, apa yang sedang dilakukan oleh orang itu, apakah ia sedang mencari sesuatu atau bagaimana? karena penasaran, kemudian ia mendekati wanita itu dan mulai berkenalan dengan menawarkan cokelat padanya. Tetapi wanita itu menolaknya dengan alasan ia sedang berpuasa, setelah beberapa waktu, mereka mulai memperkenalkan diri masing- masing Hanum yang berasal dari Indonesia, dan Fatma berasal dar.
Kemudian Hanum bertanya apa yang dilakukan olehnya? Jawaban dari wanita tersebut ialah “ saya sedang mencari pekerjaan”. Wanita yang merupakan imigran dari Turki ini sudah lama tinggal di sana tapi sulit mendapatkan pekerjaan, alasan utama adalah karena “ Jilbab”. Setelah lama berbincang- bincang, karena Fatma tahu dari mana Hanum berasal, lalu ia menceritakan beberapa hal mengenai Eropa kepada Hanum. hal yang paling penting yaitu mengenai sejarah Islam di Eropa dan masa kejayaan Islam di Eropa. Menurut sejarah, beberapa tempat yang pernah menyaksikan jayanya Islam di Eropa antara lain : Wina, Paris, Cordoba, Granada, dan Istanbul. Tempat pertama adalah Wina yang merupakan tempat eskpansi Islam terakhir di Eropa. Tempat yang bersejarah di sini adalah museum Schoenbrunn, dan Wient Stadt Museum yang menyimpan lukisan Kara Mustafa Pasha yang mana ia dianggap sebagai seorang penakluk oleh warga Eropa .
Kemudian tempat kedua adalah Paris. Di sana Hanum bertemu dengan ahli sejarawan yang merupakan mualaf dari Perancis yaitu Marion, yang menceritakan sejarah Islam di Eropa terutama tentang Paris dan mengajak ke tempatnya seperti, Musse Louvre yang menyimpan lukisan Bunda Maria yang berkerudung dengan lafadz “laillaha illallah” di pinggir kerudungnya. Terdapat pula jalan kemenangan yaitu Voie Triomphale yang merupakan garis lurus yang menghadap arah kiblat buatan Napoleon Bonaparte. Tempat lainnya yaitu Cordoba dan Granada di Spanyol. Di Cordoba terdapat Mezquita yang merupakan perubahan mesjid menjadi kathedral. Gradana memiliki tempat bersejarah yang menjelaskan kemegahan Islam pada masa kejayaan nya di Eropa yaitu sebuah benteng. Terakhir adalah Istanbul, (Turki) memiliki sejarah mengenai Islam, salah satu peninggalannya ialah Hagia Sophia yaitu gereja yang hendak dijadikan mesjid, kemudian sekarang dijadikan sebagai museum.
Novel ini memberikan pengetahuan lebih mengenai sejarah Islam, terutama di Eropa, yang kita pikir Eropa hanyalah negara yang terkenal dengan fashoin dan sejenisnya, ternyata Eropa memiliki sejarah Islam yang luar biasa. Cara penyampaian yang mudah dimengerti dan baik, membuat saya ingin untuk ikut serta dalam jelajah Islam langsung di Eropa. Harga yang ditawarkan untuk buku sebagus ini itu relatif murah dengan sampul yang baik, selain kita mendapat ilmu mengenai perjalanan sang penulis ke Eropa, kita bisa mengetahui pula sejarah masa silam Islam di Eropa walau pun bagian epilog kurang menarik. Novel ini sangat disarankan untuk kaum muslim baik pelajar, atau pun orang tua karena sangat banyak sejarah Islam yang belum kita ketahui yang diceritakan di dalam novel ini. Kami akan menanti jazirahmu mengenai sejarah Islam di benua lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H