Mohon tunggu...
Cesillia Ida
Cesillia Ida Mohon Tunggu... -

Pasal 28F UUD 1945: "Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia."

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Menyulam Kata Mengobras Pesan

6 Agustus 2010   20:22 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:15 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Hi its me,....maaf terlambat, masih berkomedi putar di kota membingungkan layaknya jalan dalam botol" janjinya terlunas pada pesan pendek ku terima.dalam diam; senyum meringis. sembari berpikir apa mesti bertutur tentang seorang perempuan yang di ceruk matanya menggenang rindu, entah menanti kedatangan siapa, rasanya seperti menanti air tumpah di tampah kemarau. di mataku, mendung membadai lamat gerimis menjelma. "hi juga, tak apa terlambat daripada tidak, sedang berbuat apa di kota itu?" Jawab ku tanpa repih repah kata, lewat sepotong pesan pendek yang ku balas. isi kepala ku masih beradu pikir rasa gundah. mustahil mendongeng, kisah seorang perempuan tergugu di tepi sedu. tahukah ia ikhwal bibirku yang gemetar merapal mantra pengasih? aku bergeming, di sini, di sudut sunyi. "Ups, ini misi khusus tanpa trick tanpa kamera antara om dan tante" di entah ia berada, aku mulai terguyu: di cemas bergolak dan rindu menggelegak. aku tergelak sebait kata jenaka. meski ia tak tahu lebay hatiku. gigir tanganku menari, mengetik pesan berikut: "O sebab ku oma-oma sebaiknya berdiri diam sembari melotot memandang mu saja" segera berbalas. pikir mereda tak lagi beradu. hingga melimpah gulana di rupa. semarak riang yang sejenak minggat kembali pulang lalu meringkas dan melempar duka, yang luka sejauh jangkau pandang. " kamu nampak seksi bila tampil diam gitu, kayak patung dewi Kwan Im pegang botol" tertulis: pesan berikut, serentak seluruh raga tergunjang tawa. tiada peduli sendiri, gelitik laku goda membuncah renyah jemari menyulam kata: "aku sedang belajar merupa cleopatra, lebih menantang berbanding Kwan Im" sontak ku jumpalitan dari sudut sunyi berkirim pesan berikut, di terima pada posisi jongkok tulis mu: penyulam kata terima obras tidak? "nanti ku telp" pesan ku baca. tergelak ku menahan gelak, sebaris orang-orangan lewat heran memandang. di sangka gila ku rupa,duh! @Cesillia Ces 102106

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun