Mohon tunggu...
Yos Mo
Yos Mo Mohon Tunggu... Editor - Tourism worker until 2010; Digipreneur since 2010

you can contact me at bolafanatik(at)Gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Kisah Inspiratif Dua Wanita Difabel Peserta Olimpiade 2016

25 Juli 2016   16:45 Diperbarui: 25 Juli 2016   17:16 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo source Getty Images/ mix by Yos Mo

Tampil di olimpiade merupakan impian terbesar yang didambakan oleh atlet, Terbatas kesempatan tampil dalam event olahraga terakbar empat tahunan ini. Hanya puluhan atlet terbaik dari satu nomor olahraga yang diperbolehkan main di olimpiade. Mereka yang mendapatkan kesempatan tampil dalam olimpiade berhak mendapat gelar sebagai Olympian. 

Ribuan jam digunakan para atlet untuk berlatih. Mereka menempa kaki dan tangan supaya lebih berotot. Mereka berlatih teknik-teknik berlari, berenang, membidik, melempar, melompat agar bisa menjadi yang tercepat, terkuat dan terhebat dalam olimpiade. Mental mereka juga ditempa untuk bersiap menghadapi lawan tangguh. Diperlukan kekuatan fisik dan mental yang tangguh agar bisa bersaing hingga juara di olimpiade. 

Ada tiga kategori olimpiade yang digelar. Bagi atlet dengan kondisi fisik normal diberikan kesempatan tampil di olimpiade musim panas atau olimpiade musim dingin. Sedangkan Paralympic merupakan ajang olimpiade bagi atlet dengan kondisi fisik terbatas (difabel).

Sudah ada puluhan atlet difabel berkemampuan luar biasa mendapatkan kesempatan spesial berkompetisi di olimpiade. Seorang pelari difabel bernama Oscar Pistorius mendadak tenar di seantero dunia tahun 2012 silam saat tampil di Olimpiade London. Oscar Pistorius yang menggunakan kaki palsu sukses menembus semifinal lari 400 meter. Pelari Afrika Selatan tersebut bersama tiga rekannya juga masuk final estafet 4x400 meter.

Dengan kondisi fisik terbatas, Oscar Pistorius sudah memberikan contoh bahwa dengan semangat spartan serta latihan yang keras mampu membawanya bersaing dengan atlet elit dunia yang memiliki fisik normal. 

Di Olimpiade tahun ini, terdapat dua atlet wanita difabel yang bakal berjuang membela negaranya, yaitu Zahra Nemati dan Natalia Partyka. Mereka berdua bukan atlet sembarangan, karena mereka kerap berprestasi dalam turnamen olahraga yang diikuti atlet berfisik normal.

ZAHRA NEMATI PEMBAWA BENDERA IRAN 

Nama Zahra Nemati cukup tenar di Iran. Dia merupakan role model yang menginspirasi banyak orang karena kegigihannya dalam meraih prestasi di dunia olahraga.

Zahra Nemati terlahir dalam kondisi fisik normal. Zahra sejak kecil menggeluti taekwondo, merupakan pemegang sabuk ban hitam dalam olahraga ini. Zahra bahkan pernah jadi anggota tim nasional taekwondo Iran.

Ketika menginjak usia remaja, cobaan hidup nan berat menimpa Zahra Nemati. Di usia 18 tahun, Zahra terluka parah menjadi salah satu korban gempa di kota Bam. Gempa yang meluluhlantakkan Iran di tahun 2003 tersebut membuat 26 ribu orang tewas. Setahun kemudian Zahra Nemati tertimpa kecelakaan mobil yang mengakibatkan kedua kakinya lumpuh. Zahra terpaksa menggunakan kursi roda.

Tak bisa lagi beraktifitas normal tak membuat Zahra Nemati tenggelam dalam kesedihan. Zahra mulai menggeluti olahraga panah sejak tahun 2006. Baru enam bulan menggeluti panahan, Zahra sudah mampu berprestasi menjadi juara 3 kompetisi nasional Iran, bersaing dengan pepanah yang memiliki fisik normal. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun