Mohon tunggu...
Yos Mo
Yos Mo Mohon Tunggu... Penulis - Digipreneur since 2010

you can contact me at bolafanatik(at)Gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kreativitas Sineas Muda Menerjemahkan 'Indonesiaku Kebanggaanku' dalam FFPI 2015

6 Februari 2016   22:43 Diperbarui: 7 Februari 2016   01:27 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Gerry & Dhia, sutradara & produser film 'Bubar Jalan)

Setelah ku tanyakan, mereka menjawab bekerja sama memproduksi film 'Bubar, Jalan!'. Mereka memproduksi film 'Bubar, Jalan!' selama 3 bulan, sebulan masa pra produksi, sebulan masa produksi, sebulan masa pasca produksi. Karena aku merasa mereka adalah anak-anak muda hebat, aku lantas meminta mereka untuk difoto. 

Beberapa puluh menit berselang, aku memasuki ruangan Auditorium Galeri Indonesia Kaya, disana tampak beberapa orang Kompasianer sudah duduk manis menantikan nobar film dimulai. Jam setengah lima sore acara dimulai, dibuka dengan hadirin berdiri bersama menyanyikan lagu 'Indonesia Raya'.

CHORUS - INTERLUDE

MC lalu menyampaikan materi acara, yaitu nonton bareng film-film finalis FFPI 2015 diselingi dengan diskusi bersama, setelahnya akan diumumkan film apa yang menjadi pemenang. Film-film finalis dari kategori umum yang terlebih dulu diputar.

Film 'Ojo Sok-Sokan' yang hampir seluruh dialog berbahasa Jawa, pertama diputar. Film ini menceritakan dua pemuda daerah Jogja yang sedang makan di angkringan. Salah seorang pemuda memiliki sifat agak tinggi hati, merasa tidak suka saat pemilik angkringan memutar lagu dangdut. Bagi dia lagu keren itu lagu berbahasa Inggris, diantaranya lagu milik Justin Bieber. 

Selang beberapa lama singgah seorang gadis cantik di angkringan tersebut. Gadis itu terlihat memakai gadget keren berharga mahal. Pemuda yang sok-sokan tersebut mulai menggoda gadis cantik yang duduk di sampingnya dengan bahasa gaul ala Jakarta. Pemuda lainnya sudah merasa tidak sreg dengan kelakuan sok-sokan sang teman memakai bahasa gaul. Si gadis diam saja tak menanggapi godaan pemuda di sampingnya.

Saat bergegas meninggalkan tenda angkringan karena dijemput, satu kalimat meluncur dari mulut gadis cantik, yang membuat penonton nobar tertawa.

Kemudian diputar film 'Ruwat' yang seluruh dialog berbahasa Jawa. Sepanjang pemutaran film penonton sering tertawa, karena banyak adegan dan dialog lucu. Film ini mengisahkan seorang anak berambut gembel pengidap fobia kodok di sekitaran Dieng, yang dijanjikan bapaknya liburan ke Hong Kong kalau mau diruwat.

Setelah dua film tersebut diputar, diadakan sesi diskusi. Aku berkesempatan menanyakan jenis kamera apa dan berapa lama proses produksi film. Pembuat film 'Ojo Sok-Sokan' dan 'Ruwat' sama-sama menjawab bahwa mereka menggunakan kamera sederhana untuk mengambil gambar. Proses syuting 'Ojo Sok-Sokan' berlangsung cepat selama dua hari. Proses editing juga dilakukan saat di lokasi syuting. Proses syuting film 'Ruwat' juga selama dua hari dengan melibatkan warga sekitar. Proses pasca produksi 'Ruwat' sekitar 2 minggu.

(sesi diskusi di sela-sela nobar finalis FFPI 2015)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun