Mohon tunggu...
Yos Mo
Yos Mo Mohon Tunggu... Editor - Tourism worker until 2010; Digipreneur since 2010

you can contact me at bolafanatik(at)Gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pengkritik Harus Siap Dikritik

27 Juli 2015   13:34 Diperbarui: 27 Juli 2015   13:34 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam era keterbukaan internet masa kini, setiap orang berhak untuk menyatakan pendapat dalam ragam perspektif, termasuk juga berhak menyatakan opini kritik terhadap pihak lain lewat media warga. Yang jadi pertanyaan, saat netizen memberikan kritik terhadap pihak lain, apakah netizen pengkritik tersebut sudah siap diberikan kritik?

Sepanjang beberapa hari belakangan, dan khususnya hari Minggu kemarin, sedang ramai Kompasianer mengkritik pewarta warga lainnya, ada kritik yang lucu, ada kritik yang ambigu mendayu-dayu, ada pula kritik yang sedikit sarkas. Pada Minggu pagi pukul 9 pagi lewat 10 detik terbitlah sebuah artikel yang dituliskan Kompasianer berinisial RG. Dalam tulisannya, saudara RG mengkritik Kompasianer lain yang dianggapnya pongah berusaha mendikte administrator. 

Kompasianer RG menuliskan kritikan tanpa tendeng aling-aling, menggunakan bahasa ungkapan kedaerahan yang menurutnya sudah biasa digunakan dalam kesehariannya. Walau RG, mengkritik dengan ungkapan yang dianggap pihak lain sangat kasar, dalam paragraf terakhir RG masih sempat menulis kata-kata berikut,"Dan percayalah bahwa kebaikan pasti akan berbalas kebaikan pula. Ada saatnya nanti akan 'panen."

Saya sendiri memandang opini kritik yang disampaikan RG merupakan hal biasa dalam media warga. Menurut saya, apa yang dituliskan RG merupakan perspektif pribadi dalam memaknai sebuah tulisan orang lain, sesuai dengan tingkat intelektual RG.

Ternyata... kritik tajam yang disampaikan saudara RG mengundang reaksi dari Kompasianer lain, saudari FW, yang menyatakan keberatan dengan ungkapan bernada kasar yang dituliskan RG. Saudari FW menceritakan pengalaman pribadinya, dahulu Abahnya pernah memarahi karena dirinya mengucapkan kata-kata ungkapan yang dituliskan RG.

Ternyata kritik balik yang dituliskan saudari FW ditanggapi oleh Saudara RG dengan panjang lebar menyatakan bahwa kata-kata ungkapan kasar yang dituliskannya sudah jamak dalam pergaulan orang dewasa, bahkan kata-kata ungkapan tersebut pernah jadi kata-kata utama dalam sebuah buku yang dibuat seniman ternama berinsial ST. Saudara RG juga menyatakan dalam kolom komentar di tulisan kritikan saudari FW, bahwa dirinya punya 3 anak, dan dalam kehidupan keluarga atau lingkungan yang terdapat anak kecil dirinya tidak pernah ucapkan kata-kata ungkapan kasar.

Dari contoh kasus di atas terdapat suatu kontradiksi. Dalam satu paragraf tulisannya saudara RG menyatakan,"kebaikan pasti akan berbalas kebaikan pula", namun dalam paragraf lainnya menyatakan kata-kata ungkapan bercanda yang kurang baik didengar oleh anak-anak dan keluarga. Saudara RG menganggap bahwa dirinya tak salah jika mengumbar kata-kata ungkapan bernada kasar tersebut di media warga yang menurutnya hanya dibaca oleh orang-orang dewasa.

Namun.... saudara RG lupa bahwa media online itu pembacanya adalah orang-orang di seluruh dunia dengan beragam kultur dan latar belakang yang berbeda dalam memandang sesuatu. Jadi saudara RG harus lapang dada saat dikritik oleh pihak lain. Pengkritik harus siap dikritik. Silakan kritik tulisan saya ini :))

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun