"Ada waktu-waktu
Hal buruk datang berturut-turut
Semua yang tinggal, juga yang hilang
Seberapa pun absurdnya pasti ada makna
Untungnya, bumi masih berputar
Untungnya, ku tak pilih menyerah... "
(Bernadya, Untungnya Hidup Harus Tetap Berjalan)
Sepak bola, lebih dari sekadar olahraga, kadang ia hadir sebagai refleksi kehidupan bagi banyak orang Indonesia. Suara-suara pendukung di stadion, yel-yel, dan koreo yang penuh semangat tidak hanya tentang tim yang mereka dukung, tetapi juga kisah harapan dan perjuangan mereka sendiri. Di tengah kemeriahan stadion, ada kisah haru dari para suporter, mereka yang bertahan dalam himpitan ekonomi, menjalani hari dengan tekad kuat bahwa hidup harus terus berjalan.
Pada pertandingan Timnas Indonesia melawan Timnas Jepang, yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), yang lalu, dua kelompok suporter setia, La Grande Indonesia dan Ultras Garuda, menampilkan koreografi yang sangat mengesankan. Pertandingan ini merupakan bagian dari matchday kelima Grup C dalam putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia. La Grande Indonesia, yang berada di tribune utara SUGBK, membentangkan sebuah koreografi besar dengan tulisan "Untungnya Ku Tak Pilih Menyerah," yang memberikan pesan semangat dan keteguhan hati.
Pesan Untuk Saling Menguatkan
Kalimat "Untungnya ku tak pilih menyerah", yang diambil dari lagu, Untungnya Hidup Harus Tetap Berjalan oleh Bernadya, menjadi lebih dari sekadar lirik. Ia menjelma menjadi kredo kehidupan yang bergaung dalam relung pikiran banyak orang yang membacanya. Lagu yang penuh kelembutan ini berbicara tentang keteguhan hati, sesuatu yang sangat relevan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah yang terus berjuang melawan ketidakpastian ekonomi dengan bayang-bayang PHK di mana-mana yang datang bak hantu di siang bolong.
Bernadya, dengan alunan nada yang menenangkan, menghadirkan lagu yang mengingatkan kita bahwa meski hidup kadang terasa berat, menyerah bukanlah jalan keluar. Suara lembutnya seperti membisikkan harapan kepada mereka yang lelah berjuang. Lirik ini menjadi koreo emosional di hati para pendengar, terutama suporter sepak bola Indonesia yang sering kali berasal dari kalangan kelas pekerja.
Dalam stadion, sepenggal lirik ini seolah mewakili semangat juang timnas di lapangan. Di luar stadion, maknanya semakin luas, menjadi semacam doa dan harapan bagi mereka yang tengah menghadapi tekanan hidup sehari-hari. Saat ini, banyak masyarakat Indonesia menghadapi ketidakpastian ekonomi. Dari kenaikan harga bahan pokok hingga pekerjaan yang tidak stabil, semuanya menjadi tantangan yang nyata. Di tribun stadion, para suporter sering kali adalah potret masyarakat pekerja keras ini, mereka yang menyisihkan penghasilan demi mendukung tim kesayangan atau sekadar mencari pelarian dari rutinitas yang melelahkan.
Namun, seperti dalam lagu Bernadya, ada pesan bahwa kebersamaan dan semangat pantang menyerah bisa menjadi penguat. Para suporter, dengan segala keterbatasannya, tetap hadir dengan energi luar biasa. Mereka adalah simbol perlawanan terhadap keadaan yang tidak selalu berpihak. Seperti sepak bola, hidup adalah pertandingan yang penuh kejutan. Ada saat di mana kita merasa kalah, tetapi ada pula momen yang memberikan peluang untuk bangkit. Lagu ini seolah menjadi pengingat bahwa dalam situasi sesulit apa pun, masih ada harapan selama kita tidak menyerah.
Di tribun kehidupan, para suporter adalah pahlawan kecil yang sering terlupakan. Mereka adalah gambaran nyata bagaimana masyarakat Indonesia terus bertahan meski sering kali tidak diberi peluang besar. Dengan kerja keras, solidaritas, dan optimisme, mereka menunjukkan bahwa kekalahan hanyalah sebuah babak, bukan akhir cerita.
Untungnya, Ku Tak Pilih Menyerah
Lagu "Untungnya Hidup Harus Tetap Berjalan" telah memberikan ruang refleksi bagi banyak orang untuk menyadari bahwa hidup, seberat apa pun, selalu menawarkan alasan untuk bertahan. Melalui lirik sederhana namun penuh makna, Bernadya telah menguatkan banyak hati yang nyaris menyerah. Di lapangan sepak bola, kita melihat perjuangan fisik. Di luar lapangan, kita menyaksikan perjuangan emosional, ekonomi, dan sosial. Dan di tengah semuanya, lagu ini hadir seperti peluit semangat yang mengingatkan kita untuk terus berlari, karena pertandingan belum berakhir.
Hidup memang keras, tetapi "untungnya ku tak pilih menyerah."