Mohon tunggu...
Yuriadi
Yuriadi Mohon Tunggu... Lainnya - | Penulis lepas | https://www.kompasiana.com/ceritayuri

Warga Negara Indonesia (WNI) biasa dari Kota Makassar. Menyukai informasi teknologi, sosial, budaya dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Menebak Dampak Kemenangan Trump Terhadap Rantai Pasok Global dan Perdagangan Indonesia

7 November 2024   10:18 Diperbarui: 7 November 2024   10:40 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar: pixabay.com @TheDigitalArtist)

Donald Trump berhasil memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun 2024 ini, mengalahkan Wakil Presiden Kamala Harris. Trump berhasil meraih kemenangan di beberapa negara bagian penting seperti Pennsylvania dan Georgia, yang menjadi kunci bagi keberhasilannya. Kampanyenya berfokus pada isu-isu seperti imigrasi dan proteksionisme ekonomi, yang menarik banyak pemilih di daerah yang sedang berjuang secara ekonomi. Dukungan dari tokoh terkenal seperti Elon Musk dan beberapa influencer media sosial turut memperkuat kampanye Trump, terutama dengan mendorong dukungan dari pemilih muda. Kemenangan ini juga didukung oleh keberhasilan Partai Republik untuk merebut kembali kendali atas Senat, yang akan memudahkan pemerintahan Trump untuk menjalankan kebijakan-kebijakannya saat mulai bertugas nanti.

Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden AS tahun 2024 menandai kembalinya kebijakan proteksionisme yang dapat berdampak signifikan pada rantai pasok global (global supply chain). Trump dikenal dengan pendekatannya yang proteksionis, terutama terhadap produk impor, guna melindungi industri dalam negeri. Kebijakan ini bukan hanya akan mempengaruhi AS, tetapi juga akan mengubah alur perdagangan dunia dan berdampak pada negara-negara yang terhubung dalam rantai pasok global, termasuk Indonesia.

Apa Itu Global Supply Chain?
Rantai pasok global adalah jaringan produksi internasional yang memungkinkan produk dibuat dengan melibatkan banyak negara dalam prosesnya. Misalnya, bahan baku bisa berasal dari Afrika, komponen diproduksi di Asia, dan perakitan dilakukan di Amerika Serikat. Konsep ini tidak hanya menekan biaya, tetapi juga memungkinkan produk dibuat dalam jumlah besar dan dengan kecepatan tinggi.

Bagi Indonesia, keterlibatan dalam rantai pasok global sangat penting karena membuka peluang ekonomi yang luas, seperti lapangan kerja dan akses teknologi. Produk Indonesia, seperti tekstil, elektronik, dan produk makanan, memiliki pasar ekspor di seluruh dunia. Namun, jika terjadi gangguan dalam rantai pasok global akibat kebijakan proteksionis, Indonesia perlu bersiap menghadapi potensi dampaknya.

Dampak Proteksionisme Trump Terhadap Rantai Pasok Global
Jika Trump kembali menerapkan tarif tinggi pada barang impor, terutama dari China, ini dapat memicu kenaikan biaya produksi secara global. Beberapa dampak yang mungkin terjadi antara lain:

  • 1. Kenaikan biaya produksi dan harga barang. Tarif tinggi akan menaikkan biaya impor untuk produk yang dipasok dari luar AS. Hal ini menyebabkan harga barang di pasar global meningkat, terutama untuk barang elektronik, otomotif, dan tekstil.
  • 2. Diversifikasi produksi. Banyak perusahaan besar mungkin akan berusaha menghindari tarif AS dengan memindahkan produksi mereka ke negara-negara Asia Tenggara, seperti Indonesia. Langkah ini diharapkan bisa menekan biaya tanpa harus terkena tarif tambahan.
  • 3. Ketidakpastian perdagangan internasional. Ketidakpastian dalam kebijakan perdagangan dapat memperlambat alur produksi dan distribusi, membuat perusahaan multinasional lebih berhati-hati dalam menentukan jalur rantai pasok.

Potensi Banjir Barang Dari China
Jika AS menerapkan tarif yang lebih tinggi pada produk China, produsen China kemungkinan akan mencari pasar alternatif, termasuk Indonesia, untuk menutupi kehilangan pasar di AS. Hal ini bisa berakibat pada "banjir barang" di pasar Indonesia. Beberapa pengaruhnya adalah:

  • 1. Persaingan ketat dengan produk lokal dalam negeri. Produk China yang lebih murah dapat membuat produk Indonesia kurang kompetitif di pasar domestik. Konsumen yang sensitif terhadap harga mungkin lebih memilih barang impor, yang dapat menekan industri lokal.
  • 2. Tekanan pada industri lokal. Jika barang impor dari China mendominasi pasar, pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di Indonesia mungkin akan kesulitan untuk bersaing. Ini dapat mengancam keberlangsungan usaha mereka, terutama di sektor yang mengandalkan produk konsumen, elektronik, dan tekstil.
  • 3. Kenyamanan bagi konsumen. Produk murah dari China tentu menguntungkan konsumen karena mereka memiliki lebih banyak pilihan dengan harga terjangkau. Namun, ketergantungan terhadap barang impor bisa menjadi risiko bagi pertumbuhan industri domestik.

Pentingnya Regulasi Perdagangan Internasional
Dalam konteks perdagangan internasional, kebijakan proteksionis seperti tarif tinggi dapat melanggar aturan perdagangan global yang mendorong keterbukaan dan persaingan sehat. Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) berperan dalam menjaga stabilitas ini, dengan aturan yang melarang diskriminasi dan memastikan tarif yang adil antar negara. Melalui mekanisme penyelesaian sengketa, WTO juga menyediakan platform bagi negara-negara untuk mengatasi masalah ketidakadilan dalam perdagangan, yang dapat dimanfaatkan oleh negara-negara berkembang seperti Indonesia ketika terjadi kebijakan yang dianggap merugikan.
Langkah yang Perlu Diambil Indonesia
Indonesia perlu menyiapkan strategi untuk menghadapi perubahan ini agar dapat menjaga pertumbuhan ekonominya dan melindungi industri dalam negeri. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:

  • 1. Diversifikasi pasar ekspor. Dengan ketidakpastian di pasar AS, Indonesia perlu mencari pasar baru di Asia, Eropa, dan Afrika untuk produk ekspornya. Upaya ini bisa dilakukan melalui perjanjian perdagangan bebas (FTA) yang memberikan akses pasar baru bagi Indonesia.
  • 2. Peningkatan daya saing produk domestik. Indonesia harus mendorong daya saing industri dalam negeri melalui inovasi, peningkatan kualitas, dan efisiensi produksi. Pemerintah juga bisa memberikan pelatihan serta insentif untuk memperkuat kapasitas produksi IKM.
  • 3. Penguatan regulasi impor. Untuk menghindari banjir barang murah dari China yang dapat merugikan industri dalam negeri, Indonesia dapat memberlakukan regulasi ketat terkait standar produk dan kualitas barang. Dengan regulasi yang tepat, Indonesia bisa menghindari risiko pasar dibanjiri produk murah berkualitas rendah.
  • 4. Menguatkan hubungan dengan WTO. Indonesia dapat memanfaatkan mekanisme WTO untuk melindungi kepentingan perdagangannya dan meminta keadilan jika kebijakan AS menghambat akses produk Indonesia. Kolaborasi ini bisa membantu Indonesia tetap bersaing dalam perdagangan internasional yang adil.

Kemenangan Trump dan kebijakan proteksionismenya dapat membawa tantangan besar bagi rantai pasok global, yang berdampak pada ketidakpastian pasar, kenaikan harga barang, dan banjir barang China di negara-negara lain termasuk Indonesia. Dalam menghadapi kondisi ini, Indonesia perlu menyiapkan strategi untuk memperkuat industri lokal, memperluas pasar ekspor, dan menjaga stabilitas pasar domestik. Dengan kolaborasi di ranah perdagangan internasional dan peningkatan daya saing, Indonesia bisa memanfaatkan peluang dan mengurangi dampak negatif perubahan rantai pasok global.
(yrd).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun