Mohon tunggu...
Yuriadi
Yuriadi Mohon Tunggu... Lainnya - | Penulis lepas | https://www.kompasiana.com/ceritayuri

Warga Negara Indonesia (WNI) biasa dari Kota Makassar. Menyukai informasi teknologi, sosial, budaya dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pilih Mana: FOMO atau JOMO ?

5 November 2024   09:25 Diperbarui: 5 November 2024   09:33 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar: pixabay.com @pxel_photographer) 

Di zaman yang serba digital seperti sekarang, kita sering mendengar istilah FOMO (Fear of Missing Out). Namun, ada juga istilah lain yang mungkin kita perlu dengar, JOMO (Joy of Missing Out). Meskipun terdengar mirip, tapi maknanya akan berbeda ketika kita bisa memahami keduanya. Yuk, kita ulik lebih dalam tentang FOMO dan JOMO!


FOMO: Ketakutan Akan Kehilangan

FOMO itu muncul saat kita merasa cemas karena melihat orang lain asyik menikmati momen seru, sementara kita cuma bisa lihat dari jauh. Misalnya, pas liat teman-teman posting foto liburan di pantai atau saat mereka party dan kita enggak ikut, rasanya kayak pengen teriak. Khususnya di kalangan traveller, FOMO bisa bikin kita ngerasa tertekan buat terus-terusan travelling dan berusaha mengunjungi semua destinasi populer. Beberapa ciri khas dari FOMO adalah:

  • Perbandingan Sosial. Ketika kita ngeliat orang lain bahagia, sering kali kita jadi merasa enggak puas sama diri sendiri. Kenapa mereka bisa punya momen-momen seru, sedangkan kita enggak?
  • Tekanan untuk Selalu Terhubung. Media sosial bikin kita merasa wajib untuk ikutan semua acara dan tren terbaru. Hal ini bikin kita merasa tertekan dan kadang enggak sanggup buat mengikutinya.
  • Kecanduan Media Sosial. Kita jadi susah jauh dari ponsel, selalu cek notifikasi dan berusaha supaya enggak ketinggalan info terbaru.

Satu hal yang bikin FOMO makin rumit adalah validasi. Kita sering nyari pengakuan dari orang lain buat ngerasa lebih baik. Lihat orang lain dapat pujian karena pengalaman mereka, kita pun merasa tertekan untuk melakukan hal yang sama, walaupun sebenarnya mungkin itu bukan yang kita inginkan. Dan ini bisa bikin stres berlebihan.

JOMO: Kebahagiaan Dalam Keterasingan

Nah, di sisi lain ada JOMO, yang bikin kita bisa lebih santai. JOMO ngajak kita untuk menikmati waktu sendiri dan merasa happy dengan pilihan yang kita ambil, meski itu berarti enggak terlibat dalam semua kegiatan. Khususnya untuk para traveller, JOMO bisa berarti menikmati perjalanan dengan lebih mindful, tanpa merasa harus ke semua tempat yang sedang hits. Berikut adalah beberapa hal keren tentang JOMO:

  • Penerimaan Diri: JOMO ngajarin kita buat merasa puas dengan diri sendiri. Kita bisa sadar bahwa enggak semua pengalaman harus dihadiri, dan kadang lebih baik milih waktu untuk diri sendiri.
  • Menikmati Waktu Sendiri: Waktu untuk diri sendiri itu super berharga. Entah itu membaca buku, dengerin musik, atau cuma duduk santai di taman, semua itu bisa bikin kita lebih tenang dan bahagia.
  • Koneksi yang Bermakna: Dengan JOMO, kita lebih fokus membangun hubungan yang intim dan berarti sama orang-orang terdekat, bukan sekadar bergaul dengan banyak orang tanpa makna.

Kelebihan dari JOMO,  kita bisa dapetin lebih banyak ketenangan dan kebahagiaan. Kita belajar untuk menghargai momen-momen kecil dan menemukan kebahagiaan yang enggak tergantung pada pandangan orang lain.

FOMO Atau JOMO ?

Jadi, mana yang lebih baik: FOMO atau JOMO? Jawabannya bergantung pada bagaimana kita ingin menjalani hidup. Ada beberapa pertanyaan untuk membantu kita memilih:

  • 1. Apakah Kita Merasa Tertekan?

Jika kita sering merasa cemas karena takut ketinggalan, mungkin saatnya untuk beralih ke JOMO dan memberi diri kita izin untuk menikmati waktu sendiri.

  • 2. Apa yang Benar-Benar Membawa Kebahagiaan?

Pertimbangkan aktivitas apa yang membawa kebahagiaan. Apakah itu momen bersama teman atau menikmati waktu sendiri? Mengetahui hal ini bisa membantu kita membuat pilihan yang lebih baik.

  • 3. Mengapa Kita Merasa Perlu Terhubung?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun