Perjalanan ke Pasaman siang ini terasa berbeda. Mungkin bisa dikatakan istimewa.
Di depan bangku yang saya duduki, seorang Bapak tua terlihat resah. Berkali-kali saya mendapati dia menoleh ke sekeliling.
Sesekali, mata kami bersirobok. Dia melempar senyum yang saya balas dengan anggukan sopan.
Tidak berapa lama dia menerima panggilan telepon. Sebuah ponsel android berukuran 5 inci yang bisa saya pastikan dia gunakan hanya untuk sekadar menerima telepon dan video call.
Saya tidak tahu apa yang sedang dia perbincangkan di telepon. Bahasanya tidak saya mengerti dan mungkin bahasa daerah lain. Sangat asing di telinga saya.
Lagian, saya tersadar ketika hati kecil saya protes, apa hak saya mencuri dengar pembicaraan orang lain? Benar-benar tidak sopan.
Saya memutuskan untuk tidak memedulikan bapak tua di depan saya.
Tidak berapa lama dia selesai menerima panggilan telepon. Saya kembali melihatnya menatap sekeliling. Seakan-akan dia sedang mencari atau menunggu seseorang.
Bus yang saya tumpangi masih belum melaju, walau sudah setengah jam saya berada di dalamnya.
"Ke mana, Dek?"
Saya yang sedang melamun, sesaat tersentak mendengar sapaan si bapak tua. Dia sengaja menoleh ke belakang hanya untuk bertanya.