ketika aku berjalan di pinggiran kota, dengan perasaan yang begitu membuatku ingin segera meninggalkan kehidupanku. ku lihat seorang anak perempuan menangis di satu sudut yang (mungkin) hanya ada dia dan bayangannya di sudut itu. dari posturnya, ku perkirakan dia berumur 12 tahun dan entah mengapa, hatiku berkata bahwa dia, sedang sedih. ku dekati dia perlahan, dan mencoba untuk melihat parasnya yang tertunduk di lipatan tangannya. mendengar langkahku yang mulai mendekatinya, dia mulai menengadahkan wajahnya. tepat pada saat aku berada di depannya. dia melihatku sayu sekali sambil merapatkan kedua kaki yang di peluknya. aku tersenyum padanya. mencoba untuk memberinya isyarat bahwa aku tak kan mengusiknya. dia tetap memandangku dengan wajahnya yang sayu.
"hai", ku coba untuk cairkan suasana tapi dia tidak menjawab
"hmm.. aku sedang berjalan-jalan saja di sini", kataku
dia diam
"ok, kalau bgitu, apa aku boleh tau sedang apa kamu di sini?"
dia tetap diam
"jangan takut, aku hanya merasa kalau kegelisahan di hati mu sama seperti kegelisahan yang aku rasakan, bagaimana kalau kita berbagi saja? agar kegelisahan itu seimbang?", ucapku panjang lebar
dia tertunduk, "aku sedang inginkan ibuku ada di sini. aku tak bisa menolongnya ketika bapak-bapak berbaju biru tua itu, yang berbadan besar itu, membawa ibuku pergi. padahal ibuku tidak punya salah! dia hanya berjualan di pinggir jalan ini agar kami semua bisa makan dan ibu bisa membiayai ayahku yang sedang sakit. tapi mereka membawanya.. dan aku tak tau kemana.. aku ingin ibuku ada di sini.. aku ingin mereka mengembalikan ibuku..", lalu ia terisak
remuk sekali rasanya hatiku mendengar ucapannya itu. seakan aku tersadar bahwa aku adalah manusia yang tidak pernah bersyukur dengan kehidupanku. ampuni aku ya Rabb..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H