Mohon tunggu...
Ario Satyo Anggoro
Ario Satyo Anggoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa yang mempunyai hobi untuk mempelajari transportasi dan sejarah dunia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Obat Mujarab untuk Mental yang Terancam

19 Januari 2024   10:35 Diperbarui: 19 Januari 2024   10:56 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sehat secara fisik adalah hal yang diinginkan semua orang. Dengan begitu, kita tidak perlu memikirkan berapa biaya pengobatan yang harus kita keluarkan. Saat kita sakit, kita akan kesulitan dalam melakukan berbagai aktivitas. Kita akan mempertanyakan kelalaian kita dalam menjaga kesehatan tubuh kita. Kita akan sibuk menyalahkan diri kita sendiri.  Sekarang kita tahu bahwa kesehatan fisik merupakan hal penting yang harus kita jaga. Namun, sadar ataupun tidak, kesehatan fisik berkaitan erat dengan kesehatan mental. Dikutip dari halodoc.com, kesehatan mental adalah kesehatan yang berkaitan dengan kondisi emosi, kejiwaan, dan psikis seseorang. Aktivitas mengingat masa lalu yang berlebihan atau overthinking bukan merupakan sebuah gangguan mental, melainkan sebuah pemicu dari gangguan mental itu sendiri. Hal itu karena overthinking merupakan hal yang sering dialami para anak muda yang belum bisa mengendalikan emosi dan masalahnya.


Seperti yang sudah kita ketahui, overthinking merupakan pemicu dari gangguan mental seperti depresi. Dikutip dari alodokter.com, Depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang disukai. Overthinking beserta dengan beberapa pemicu lainnya dapat mengakibatkan depresi pada seseorang. Anak muda yang berpikir berlebihan terhadap nilai buruk yang didapatkannya ketika ujian akan berakibat rendahnya motivasi belajar dan kehilangan konsentrasi karena terlalu 'sibuk' berpikir. Jika hal tersebut dilakukan berulang kali, maka lambat laun anak tersebut akan mengalami depresi karena tidak mampu menahan tekanan dari diri sendiri maupun orang lain.

Saat kita dapat mengendalikan emosi kita, tantangan selanjutnya adalah memaafkan diri sendiri, apalagi saat kita melakukan sebuah masalah yang membuat kita menyesal selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Penyesalan itu pasti ada. Namun, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah menerima semua perasaan tersebut dengan hati yang lapang.

Jalan keluar terbaik yang dapat kita tempuh adalah dengan berdoa dan beribadah kepada Tuhan yang Maha Esa agar selalu bisa diberi pertolongan oleh-Nya dalam menghadapi berbagai permasalahan. Selain itu, kita juga harus berusaha mencari bantuan, baik kepada orang yang kita percayai maupun kepada psikolog. Saat orang yang kita percayai bisa menjadi pendengar yang baik, maka seringkali masalah yang ada dapat terselesaikan dengan baik pula. Namun, apabila masalah tersebut belum dapat terselesaikan, maka kita dapat berkonsultasi dengan psikolog untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Selain itu, kita juga dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila, terutama sila kedua yang berbunyi "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab". Dengan menghargai harkat dan martabat setiap orang, maka akan timbul ikatan persaudaraan dan sosial yang kuat. Selain itu, jika kita menghargai orang lain, maka orang lain akan menghargai kita dan perlahan kita dapat 'terbebas' dari kegiatan overthinking ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Aku Masih di Sini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun