Mohon tunggu...
Ridwan spd
Ridwan spd Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Filterisasi Generasi Muda Melalui Pendidikan Sejarah

7 April 2015   11:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:26 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Lingkungan kehidupan dimanapun kita berada, akan selalu ada sejarah yang menyertainya. Sejarah tidak akan lepas dari kehidupan manusia. Peradaban menjadi sejarah, berita politik menjadi sejarah, bencana menjadi sejarah, perayaan keagamaan menjadi sejarah, semua hal yang telah terlewati oleh manusia akan menjadi pokok bahasan yang menarik bagi ilmu sejarah.

Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupakan sejarah, demikian sekiranya kalimat proklamator Indonesia yang mengindikasikan betapa besarnya pengaruh sejarah bagi peradaban manusia. Oleh karenanya, sejarah akan selalu diajarkan kepada siswa agar mereka mampu mengenal diri dalam dunianya.

Sejarah bukan hanya sekadar pelengkap mata pelajaran saja, tetapi sejarah adalah identitas diri bangsa. Siswa yang mengenal sejarah bangsanya akan tumbuh menjadi generasi kritis yang peduli terhadap bangsanya. Generasi yang akan menjadi penggerak kemajuan bangsa di era yang semakin modern ini.

Sekarang ini, sering dijumpai pemberitaan negatif tentang siswa sekolah yang bisa menghambat kemajuan bangsa, seperti tawuran antar pelajar, pergaulan bebas, narkoba dan sebagainya. Bukanlah berita yang pantas untuk diapresiasi mengingat ada pengaruh modernitas yang lebih positif seperti kecanggihan teknologi dibandingkan pengaruh negatif. Tanpa disadari, modernitas telah mempengaruhi siswa secara negatif apabila tidak ada filter yang kuat.

Siswa adalah remaja yang sedang berada pada masa mencari jati dirinya. Mereka sedang mencoba memahami dunia yang akan menjadi rujukannya dalam bertindak. Hingga akhirnya, ada yang terjebak dalam ruang lingkup kenakalan remaja atau pergaulan bebas.

Pelajaran sejarah dapat menjadi filter bagi siswa agar tidak terjebak pada arus modernitas yang menggilas. Pelajaran sejarah bisa menjadi pencegah perbuatan negatif siswa-siswa remaja tersebut.

Banyak kisah inspiratif yang dipelajari dalam sejarah, seperti halnya mempelajari pembangunan ataupun kemajuan suatu wilayah, negara, sebagaimana Perang Candu menghancurkan Cina. Selain itu sejarah juga menyajikan berbagai fakta yang inspiratif, seperti mengenal pahlawan, tokoh-tokoh dunia dan perjuangan para ilmuwan.

Siswa juga mempelajari bagaimana sebuah peradaban muncul hingga akhirnya punah karena kurangnya kesadaran terhadap pengaruh dari luar dirinya, seperti suku Indian yang terpinggirkan akibat kedatangan para pendatang Amerika.

Adanya pengetahuan dan pemahaman yang dapat diinternalisasi dari pelajaran sejarah, menuntut siswa lebih proaktif membangun bangsa dari realita yang ada sekarang. Mereka akan mampu bersikap bijaksana menyikapi lingkungan sehingga terhindar dari pengaruh negatif yang akan merusak dirinya.

Pelajaran sejarah dapat menjadi stimulus penggerak kemajuan bangsa apabila disampaikan dengan penuh antusiasme. Penyampaian materi yang menarik oleh guru bisa jadi akan memberikan inspirasi luar biasa bagi siswa untuk meneladani sikap-sikap positif yang tersampaikan dalam pelajaran sejarah.

Tidak ada yang bisa mengulang sejarah, tetapi selalu ada cara untuk membuat sejarah baru demi peradaban modern yang lebih manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun