Apa jadinya jika Anda membangunkan seekor macan yang sedang tertidur pulas? Auman lantang dan terkaman maut bakal Anda terima sebagai konsekuensinya. Apa jadinya jika Anda membangkitkan Srimulat yang sedang tertidur pulas? Pasti gelak tawa bercampur tangis haru akan sejuta memorabilia kedigdayaan salah satu keperkasaan komedi Indonesia di masa silam. Bolehlah saya katakan, jika Srimulat saat ini tak ubahnya seekor macan yang tertidur. Mereka digdaya, perkasa dan sama-sama siap menerkam diri Anda. Macan suatu saat pasti ompong, namun kesan garang tetap ada. Sama halnya dengan Srimulat, meskipun sedikit “ompong” namun ia tetap “garang”. Tapi permasalahannya adalah, jika macan masih bisa ditemui di kebun binatang, tapi bagaimana dengan Srimulat? Rasa-rasanya susah menemuinya, karena hampir mendekati dua dekade, grup lawak satu ini lenyap bak ditelan bumi. Yaa, Srimulat lebih dari sebuah grup lawak. Srimulat adalah seni komedi yang ngIndonesiani. Srimulat adalah sebuah fenomena budaya lintas jaman, mulai dari jaman ketika seni masih ditengarai sebagai alat propaganda politik hingga menjadi sebuah produk komersil populer, Srimulat mengalami hal itu semua. Rasanya takkan ada habisnya jika mengupas kelompok komedi yang lahir di Solo ini. Yang menarik, sore ini saja pada waktu Ayah saya melihat sebuah comedy show pada salah satu stasiun TV swasta nasional, sontak beliau pun melontarkan memorabilia Srimulat. Dari situ, bolehlah saya menilai rasanya sampai detik ini Srimulat masih dapat dikatakan sebagai the masterpiece of Indonesia comedy art.
Padahal jika dirunut dari riwayatnya, tak ada yang istimewa dari grup lawak tersebut. Awal kisah, Srimulat merupakan sebuah kelompok seni keliling yang didirikan oleh Raden Ayu Srimulat, dan Teguh Slamet Raharjo pada tahun 1950. Saat itu kedua sejoli ini menamakan kelompok mereka dengan sebutan “Gema Malam Srimulat”. Pada tanggal 30 Agustus 1951 rombongan seni dan tari ini melakukan keahlian mereka dalam menghibur penonton dari satu panggung ke panggung lainnya. Dimulai dari daerah Jawa Timur hingga Jawa Tengah. Dengan menampilkan dagelan Mataram yang dibalut adegan komedi dan tingkah lucu para pemainnya, Gema Malam Srimulat berhasil menarik perhatian masyarakat. Sehingga secara terus-menerus kepamoran mereka di dunia panggung hiburan Indonesia kian meningkat dan mulai memiliki banyak fans. Agar lebih terdengar komersil di kuping para penggemarnya, Gema Malam Srimulat pun mempersingkat nama mereka menjadi “Srimulat”. Salah satu ciri-ciri dari grup lawak asal kota Solo ini adalah keunikan jalan cerita yang dikemas secara matang dalam setiap penampilan mereka. Jalan cerita yang diangkat tidak terlihat membosankan dan selalu berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Mulai dari cerita mengenai percintaan, hingga horror yang selalu diselipkan dengan suasana komedi. Dari seluruh cerita tersebut terdapat benang merah berupa lawakan khas yang berbentuk sebuah kalimat, serta tingkah laku dan bentuk unik para pemainnya. Hingga pada akhirnya menjadi sebuah trademarktersendiri dari para pemain Srimulat ketika mereka sudah beraksi di atas panggung. Bahkan Surabaya, pun tak luput dari perjalanan kelompok komedi satu ini. (Untuk nostalgia Srimulat Surabaya, dapat Anda baca di sini). Dengan tingkah laku unik para anggotanya yang dapat membuat penonton tertawa terbahak-bahak. Menjadikan Srimulat selalu dinantikan kehadirannya diatas panggung dan di layar televisi dalam waktu yang cukup lama. Sehingga dapat dikatakan Srimulat telah berhasil memberikan sebuah perubahan besar dan warna baru pada kehidupan lawak di Indonesia. Tidak hanya itu, bahkan dewasa ini, banyak dari stasiun televisi yang membuat acara serupa dengan Srimulat. Dimulai dari cara para aktor dan aktris memainkan perannya, hingga jalan cerita yang digunakan.
Beberapa waktu silam setelah masa-masa kejayaannya, akhirnya Grup Srimulat pun mulai terlihat redup, dan vakum dari dunia hiburan tanah air. Sedangkan para pemainnya seolah terlihat terpencar antara satu dengan yang lainnya. Demi mengembalikan Srimulat ke dalam panggung hiburan Indonesia, dan menjunjung tinggi nilai kebudayaan yang terdapat di dalamnya. Seorang sutradara bernama Charles Gozali dari Magma Entertaiment memproduksi sebuah film layar lebar berjudul “Finding Srimulat”. Finding Srimulat menceritakan sebuah lika-liku perjalanan pasangan muda yang diperankan oleh Reza Rahadian sebagai Adika Fajar, dan Rianti Cartwright sebagai Astrid Lyanna untuk membawa kembali Srimulat ke dalam dunia hiburan lewat sebuah pementasan unik. Dengan ikut berperannya para anggota Srimulat dalam Finding Srimulat. Film yang mempunyai tagline “Selamatkan Indonesia dengan Tawa” ini mencoba membangkitkan kembali kenangan para pencinta Srimulat di masa lampau dengan cerita menarik yang dibungkus dalam komedi kental dan kekhasan lawak dari para anggota Srimulat.
Bukan berarti karena ini adalah film komedi, maka dibuatnya asal-asalan. Saya melihatnya ini film komedi yang bermakna. Bukan hanya sekadar membangkitkan nostalgia, namun mengajarkan pada kita bagaimana melestarikan catatan perjalanan panjang sejarah bangsa secara kreatif. Hal ini pun cukup beralasan, terlebih menilik judulnya yang sangat catchy, seperti yang diungkapkan oleh sang sutradara dalam web filmnya. ”Kenapa filmnya diberi judul “Finding Srimulat”? Kenapa bukan “Mencari Srimulat” atau lainnya?. Kalau ditanyakan seperti itu, saya bisa jawab… kenapa tidak? Sebenarnya saya sebelum akhirnya memlih judul “Finding Srimulat”, saya ingin menamai filmnya “Untung Ada Srimulat”. Ternyata sang sutradara mempertimbangkan umur penonton dominan di Indonesia yang berada pada kelompok usia 18-35, Charles merasa film ini harus berjiwa muda. “Nggak bisa dipungkiri, banyak penonton usia 20 tahun ke bawah mungkin bahkan nggak kenal sama Srimulat,” ujar sutradara yang merupakan putra dari Hendrick Gozali, produser film Indonesia ternama di masa silam. Maka ia pun memutuskan untuk memberi judul “Finding Srimulat”. “Karena film ini nggak cuma buat mereka yang kenal dengan Srimulat,” tanggap Charles. [caption id="attachment_246771" align="alignleft" width="300" caption="THR Surabaya era 80an, salah satu saksi kejayaan Srimulat"]
[/caption]
Dan pada akhirnya, film ini sangat layak tonton dan diapresiasi, tak hanya sebagai sebuah karya seni tetapi juga merupakan sebagai sebuah produk kreatif anak bangsa yang bermisi mulia dengan mengangkat kembali kedigdayaan salah satu catatan perjalanan sejarah bangsa Indonesia, terutama di bidang seni dan kebudayaan. Last but not least, Finding Srimulat merupakan bentuk pencarian atas kerinduan seni Indonesia yang jujur, tulus dan merakyat melalui sebuah karyasinema komedi. Yuk, selamatkan Indonesia dengan tawa mulai tanggal 11 April 2013. Maju terus perfilman Indonesia, maju terus industri kreatif anak bangsa! “Tegakkan kepala, tarik napas dalam-dalam.. Busungkan dadamu. Berdiri dengan tegak, anak muda.. Karena ada pentas Srimulat yang harus digelar malam hari ini” Trailer FINDING SRIMULAT bisa anda saksikan
di sini Sumber foto: koleksi Finding Srimulat, srimulatism dan Ted Green House Tulisan ini bisa anda baca juga di
Surabaya Punya Cerita Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Lyfe Selengkapnya