Mohon tunggu...
AGITA SINAGA
AGITA SINAGA Mohon Tunggu... -

hhhmmm

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rencana Nekat Dahlan

22 April 2014   02:40 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:22 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rumah adalah hak rakyat. Melalui BTN pemerintah sebenarnya telah berupaya memenuhi salah satu hak dasar warga negara ini. Tapi akuisisi BTN oleh Mandiri, menjauhkan negara menunaikan kewajiban tersebut. Dan Dahlan Iskan adalah orang yang bertanggung-jawab atas potensi pelanggaran ini.

Kabar akuisi Bank Tabungan Negara (BTN) oleh Bank Mandiri penuh dengan kejanggalan. Mengapa bank yang selama ini baik-baik saja harus diakuisi? Bukankah BTN punya pengalaman bagus soal perumahan rakyat? Bukankah melalui BTN banyak rakyat berpenghasilan rendah, rakyat Indonesia kebanyakan, dapat hidup sedikit bahagia melalui KPR BTN? Bukankah dengan BTN kewajiban pemerintah menyediakan rumah bagi warganya sedikit terpenuhi?

Apa alasan Dahlan akan mengakuisi BTN?  “BTN saat ini seperti keledai. BTN membutuhkan bantuan kuda besar untuk mengemban misinya.” Dengan kata lain, BTN harus diperkuat agar lebih maksimal dalam  menyediakan perumahan rakyat.

Ini alasan pemanis dan mengada. Jika mau memperkuat BTN pemerintah seharusnya melakukan suntikan dana sebagai modal tambahan atau mendukung penambahan portofolio lain. Bukan merger.

Mengapa BTN tidak boleh diakuisi Mandiri

·BTN dan Bank Mandiri memiliki segmen nasabah yang berbeda. Nasabah BTN banyak berasal dari kelas menengah ke bawah, sementara nasabah Bank Mandiri menengah ke atas. Apa jaminan Mandiri melayani kredit kecil dengan bunga yang kecil seperti BTN? Tidak ada.

·BTN memilikicore businessyang jelas sebagaimortgage bank(pembiayaan perumahan). Kinerja BTN dalam menangani bisnis perumahan jauh lebih sistematis dan profesional. Ini alasan mengapa BTN  menjadi pemimpin di bisnis ini. Bagaimana dengan Mandiri?  KPR di Mandiri tidak laku.Dengan pengelaman minim, pengembang pun ragu berbisnis dengan Mandiri.

·BTN berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 1, 56 triliun, tumbuh sebesar 14,53 persen dibanding 2012 sebesar Rp 1,36 triliun. Pada tahun yang sama, asset BTN tumbuh 17, 38 % menjadi Rp 131, 17 triliun, dari sebelumnya Rp 111, 7 triliun. Sementara kredit yang disalurkan BTN pada 2013 tembus Rp 100, 46 triliun, tumbuh 23, 41 % dari sebelumnya Rp 81, 41 triliun.

·Sebaliknya, Mandiri masih punya masalah sendiri seperti perolehan penghasilan dari lini bisnis e-Toll yang masih minus dan masih ada sisa-sisa permasalahan aksi merger bank Mandiri beberapa waktu sebelumnya. Penggabungan BTN ke dalam Mandiri akan menimbulkan masalah yang lebih rumit.

Beberapa kejanggalan lain

1.Desember 2013 Dahlan menyatakan belum ada rencana matang terhadap akuisisi BTN. Setelah direksi BTN  diganti (oleh beberapa eks Mandiri) surat keputusan pengambilalihan BTN langsung keluar

2.Alasan yang mengada-ada. Seperti telah disebutkan di atas, niat untuk membesarkan BTN, yang berarti semakin maksimal melayani kepentingan rakyat, tidak meyakinkan. Apa jaminannya BTN bisa tetap fokus ke perumahan rakyat? Tidak ada.

3.Sikap dewan direksi BTN yang enggan "pasang badan" menanggapi isu ini. Ini berbeda dengan yang terjadi pada peristiwa serupa 2009 lalu. Saat itu direksi dan seluruh karyawan BTN menolak mati-matian niat pemerintah meleburkan BTN dengan BNI.

Jadi, alih-alih berupaya menyelesaikan persoalan perumahan rakyat, Dahlan justru mau membuang persoalan tersebut. Ada dugaan kuat di balik aksi koboy ga jelas dahlan. Rencana peleburan itu didasari dorongan untuk mendapat dana Pemilu 2014, dari orang yang berkepentingan atas merger tersebut. Ingat, rencana akuisisi BTN juga pernah terjadi menjelang Pemilu 2009.

(artikel ini disarikan dari berbagai pemberitaan )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun