Mohon tunggu...
Pipit ZL ceritaoryza.com
Pipit ZL ceritaoryza.com Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger | Beauty Enthusiast | Mrs Lubis with 2 children

Blogger | Beauty Enthusiast | Mrs Lubis with 2 children

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Anna dan Kinan (1/10)

13 Januari 2025   09:51 Diperbarui: 14 Januari 2025   04:52 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bab 1 -- Terbangun di Tubuh Kinan

Anna, 21 tahun, tidak pernah membayangkan pagi itu akan menjadi akhir dari rutinitas biasa dalam hidupnya. Dadanya mendadak terasa seperti dihimpit beban berat, napasnya tersengal-sengal. Dunia di sekitarnya mulai memudar, suara riuh orang-orang di sekitarnya semakin menjauh hingga lenyap. Dalam hitungan detik, semuanya menjadi gelap. 

Ketika kesadaran itu perlahan kembali, tubuhnya tiba-tiba melonjak seperti tersentak oleh arus listrik. Sesuatu yang dingin dan tajam menghantam dadanya, memaksa jantungnya kembali berdetak. Alat defibrilator telah menyelamatkan nyawanya, tetapi rasa sakit dan kebingungan mulai merayap di pikirannya.

Matanya perlahan membuka, menghadapi sinar lampu yang menyilaukan di atas kepala. Pandangannya buram, tetapi ia bisa merasakan sesuatu yang nyata---tangan kanannya seperti diremas erat, memberikan kehangatan yang aneh di tengah rasa dingin yang menyelimuti tubuhnya. Kemudian, sebuah kecupan hangat mendarat di jemarinya, membuat tubuhnya yang lemah merespons sedikit.

Di sampingnya, seorang pria bersimpuh. Wajahnya tampan, tetapi tatapan matanya menunjukkan rasa takut dan lega yang bercampur menjadi satu. Jas putih yang ia kenakan membuat Anna berpikir bahwa pria itu seorang dokter, tetapi ada sesuatu dalam cara dia menatapnya---bukan sekadar seorang profesional yang menjalankan tugasnya. Ada emosi yang dalam di sana.

"Jangan khawatir, Dirga. Kinan sudah kembali. Detak jantungnya normal," suara berat seorang lelaki setengah baya memecah keheningan. Ia berdiri tak jauh dari pria tampan itu, juga mengenakan jas putih. Wajahnya serius, tetapi tersirat kelegaan di sorot matanya.

Dirga? Kinan? Nama-nama itu bergema di kepala Anna, membuatnya semakin bingung. Ia tidak mengenali siapa pun di ruangan itu, termasuk dirinya sendiri. Tubuhnya terasa berat, hampir seperti tidak sepenuhnya miliknya.

"Aku... di mana?" gumamnya lemah, nyaris tak terdengar. Suaranya serak, seakan belum digunakan untuk waktu yang lama.

Pria tampan itu menoleh cepat. Sorot matanya berubah, dari ketakutan menjadi penuh harapan. "Kinan... kau sadar? Syukurlah," bisiknya, suara itu terdengar pecah. Ia menggenggam tangan Anna lebih erat, seperti takut kehilangan lagi.

Namun, Anna hanya menatap kosong. Nama itu---Kinan---terasa asing. Itu bukan namanya. Tapi kenapa pria ini memanggilnya begitu? Dan siapa Dirga? Pertanyaan itu menghantam pikirannya seperti gelombang, menambah kebingungan yang semakin menyesakkan dada.

Dia ingin bertanya lebih jauh, tetapi tubuhnya terlalu lemah. Kesadarannya mulai memudar lagi, menyeretnya kembali ke dalam kegelapan yang dingin. Dan sebelum semuanya hilang, satu hal terpatri jelas di pikirannya---ia tidak tahu siapa dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun