Belakangan ini sering kita temui kata-kata baru yang digunakan warganet dalam bermedia sosial. Kata-kata yang menarik perhatian saya adalah kata-kata yang menggunakan imbuhan me- dengan aplikasi yang (dengan sengaja) disalahkan, misalnya: mengsedih, mengkesal, mengcapek, dan sebagainya. Entah dari mana munculnya fenomena ini, tapi saya yakin penggunanya mengetahui bahwa kata-kata ini tidak tepat.
Munculnya kata-kata baru ini sebenarnya bukan pertama kalinya terjadi di Indonesia. Adanya platform-platform media sosial yang menyediakan wadah bagi setiap orang untuk mengemukakan ide, gagasan, dan pendapatnya secara luas, secara tidak langsung menginisiasi munculnya kosakata-kosakata baru yang mereka sebut dengan kata-kata kekinian, mulai dari singkatan seperti bucin (budak cinta), gercep (gerak cepat), atau gaje (ngga jelas) sampai dengan penyederhanaan kata seperti gils (gila), gans (ganteng), atau sans (santai).
Perkembangan bahasa memang sangat dinamis. Tidak sedikit bahasa kekinian yang akhirnya masuk ke dalam pemutakhiran Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Pemutakhiran KBBI ini biasanya diambil dari kosakata-kosakata baru yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun kosakata-kosakata lama yang mengalami pergeseran makna. Beberapa kata-kata kekinian yang telah masuk ke dalam KBBI misalnya: galau, julid, kicep, dan ambyar.
Kekinian ini seolah menjadi gerbang kemunculan kosakata-kosakata baru dalam perkembangan bahasa. Namun, kata-kata berimbuhan me- yang sedang menjadi tren saat ini bukanlah kosakata baru, melainkan kosakata lama dengan penggunaan imbuhan yang salah. Sebut saja kata "mengsedih" yang diartikan sama dengan kata sedih dan digunakan untuk mengungkapkan rasa sedih, di mana kata yang tepat seharusnya bersedih atau menyedihkan.
Walaupun kesalahan bahasa ini hak masing-masing warganet dan terkesan dilakukan dengan sengaja untuk sekedar bergurau di dunia maya, namun tidak ada salahnya kita lebih memilih menggunakan kata yang tepat sesuai kaidah Bahasa Indonesia. Lalu bagaimana penggunaan imbuhan me- yang tepat? Imbuhan me- akan tetap atau bahkan berubah menjadi beberapa bentuk sesuai huruf awal dari kata dasar yang mengikutinya.
- Jika bertemu kata dasar berawalan l, m, n, r atau w maka me- digunakan tanpa penyesuaian, misalnya melempar, memakan, menari, meramu, dan mewangi.
- Jika bertemu kata dasar berawalan b, f, p, atau v maka me- berubah menjadi mem-, misalnya memberi, memfasilitasi, memaku, dan memvaksin.
- Jika bertemu kata dasar berawalan c, d, j, t, atau z maka me- berubah menjadi men-, misalnya mencintai, mendekati, menjadi, menari, dan menzarah.
- Â Jika bertemu dengan kata dasar berawalan huruf vokal, g, h, atau k maka me- berubah menjadi meng-, misalnya menguap, mengganggu, menghalau, dan mengira.
- Â Jika bertemu dengan kata dasar berawalan s maka me- berubah menjadi meny-, misalnya menyapu. Selain huruf s, kata dasar berawalan huruf k, t, dan p juga dihilangkan ketika diberi imbuhan me- seperti yang sudah dicontohkan sebelumnya.
Setelah mengetahui cara penggunaan imbuhan me- dengan benar, yuk kita aplikasikan ke dalam kehidupan bermedia sosial kita sehari-hari sembari melestarikan bahasa persatuan kita, Bahasa Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H