Untuk shift kerja para karyawan tergantung penempatan lokasinya, jika di mall maka dibagi menjadi 2 shift saja pagi-siang dan siang-malam, tapi jika rumah sakit itu 3 shift, pagi-siang, siang-malam, malam-pagi. Yati juga turun langsung untuk mengelola gaji timnya, tidak seperti karyawan biasa yang punya gaji yang tetap, outsourcing ini beda. Seperti berapa hari karyawan tidak masuk maka ada pemotongan gaji, berapa kali melakukan lembur maka ada kenaikan gaji, sehingga setiap bulannya para karyawan mendapatkan gaji yang berbeda-beda. Ia juga berkomunikasi langsung kepada semua divisi, mulai dari manager hingga kasir, sehingga komunikasi berjalan dua arah.
 Setiap sebulan sekali Yati mengadakan meeting dengan karyawannya, memberikan beberapa arahan mengenai pekerjaan. Dan juga terus mengingatkan mereka untuk 3S (senyum, salam, sapa), sebagaimana SOP perusahaan mereka.
Dibalik banyaknya usaha yang Ia jalani pasti ada saja hambatan yang harus dihadapi seperti orang kepercayaannya melakukan penipuan. Karyawan tersebut membantu dalam pengelolaan pasar di Garut, Yati bahkan berikannya fasilitas tempat tinggal di Garut, dia bertugas sebagai kolektor, yakni juru tagih pembayaran kios-kios pasar. Kejadian ini Yati sadari ketika ada salah satu kios yang memberikan info tentang sisa pembayaran cicilannya, namun perhitungan Yati dan pemilik kios itu berbeda, setelah dicek ternyata uang tersebut dikorupsi oleh orang kepercayaannya yang kebetulan orang tersebut merupakan pegawai bank, langsung saja Yati memecat karyawan tersebut dan dilaporkan kepolisi namun uang tetap tidak kembali, kerugiannya pun lebih dari 1 miliar rupiah. Kegagalan dalam berbisnis pasti ada.
Selain bisnis pasar itu, bisnis outsourcing juga pernah mengalami hambatan seperti pencurian motor. Tapi perusahaannya sudah mendaftarkan asuransi sehingga jika ada masalah seperti ini bisa langsung diatasi.
Yati juga bercerita tentang rencana bisnis kedepannya, Ia berkata untuk menambah bisnis baru kemungkinan tidak karena  sudah Lelah, tapi untuk menambah lokasi di bisnis yang sudah ada kemungkinan besar iya. Karena anak-anak Yati tidak mau melanjutkan bisnisnya, mereka sudah bekerja di bidangnya masing-masing. Jadi tugasnya sekarang hanya melanjutkan bisnis yang sudah ada saja.
Untuk anak-anak muda yang mau memulai usaha bisnisnya, Yati berpesan Belajar itu harus dari muda dengan begitu semua akan terasa lebih mudah dalam mencapai kesuksesan, jika kita gagal maka masih ada waktu untuk membenahinya. Yati merasa bahwa Ia pun telat untuk mencoba bisnis ini tapi dari pada tidak sama sekali. Belajar juga untuk berorganisasi sedini mungkin, perbanyak relasi, bertemu dengan para pengusaha dan orang orang hebat lainnya. Karena lingkungan akan mempengaruhi pola pikir kita, berteman dengan orang-orang sukses akan membuat kita terpacu untuk maju.
Memilih pasangan yang sejalan juga menjadi faktor penting, seperti di dunia bisnis, maka berbisnislah berdua dari nol bahkan dari sekolah mulailah mencoba bisnis. Namun tetap kita pilih apa yang kita mau, apakah ingin membangun bisnis sendiri atau menjadi pekerja di perusahaan orang lain, banyak cara menuju kesuksesan, jadi dari usia muda kita harus memikirkan untuk kedepannya apa yang mau kita jalani karena saingan kita itu bukan dari kanan kiri saja tapi dari atas bawah juga.
     Bukan hanya di dunia bisnis Yati pun sukses dalam mengurus anak-anaknya untuk berhasil sedari muda, Yati beranggapan bahwa Ia harus tahu anak-anaknya berpacaran dengan siapa, bagaimana agamanya, karena mereka berdualah yang nantinya akan menentukan nasib hidup mereka kedepannya. Kuatnya dasar agama di saat jauh dari orang tua, jangan dilihat dari kaya atau tidaknya tapi berkembang bersama-sama, memiliki pekerjaan, mempunyai kemauan yang kuat maka pasti akan berhasil. Sehingga pentingnya memilih pasangan, karena pasangan itu bukan untuk satu tahun atau dua tahun tapi untuk selamanya. Juga saat punya anak nanti cari tahu apa kebisaannya, karena setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda, jika kurang dalam akademis carilah mungkin unggul dalam olah raga atau kesenian, sehingga memupuk sifat kebanggan kepada diri sendiri, jangan sampai punya perasaan minder ketika melihat orang lain.
PERJALANAN KARIR POLITIK
Tidak berhenti di situ saja, Yati juga mencoba untuk ikut serta dalam politik. Yati merasa bahwa sejak SD Ia sudah senang untuk berorganisasi, dengan menjadi ketua kelas hingga SMA, mengikuti kegiatan sekolah seperti pramuka, dll. Di saat teman-temannya menikmati masa muda dengan berpacaran, namun Ia lebih tertarik dengan kegiatan organisasi. Pada usia 19 tahun, setelah lulus SMA Yati aktif ikut Ormas Pemuda Pancasila dan masuk ke dalam Partai Golkar namun tidak aktif seperti sekarang. Ia mengatakan bahwa seseorang bisa menjadi legislative, walikota, kepala daerah, bupati, dsb itu harus punya kendaraan, yaitu partai. Dengan aktif ikut berorganisasi maka memudahkan kita untuk bisa ikut partai karena banyaknya relasi, menjadi anggota partai sama dengan menjadi "pesuruh masyarakat" yang artinya kita harus tetap menjadi seseorang yang bisa membantu masyarakat di wilayah kita sendiri. Selain itu Ia juga aktif menjadi Ketua RW selama 4 periode (12 tahun) sejak tahun 2014, dan suaminya menjadi Ketua RTnya.
Sekitar tahun 2009 Yati memutuskan untuk nyaleg dalam naungan Partai Patriot, partai yang dibentuk oleh Pemuda Pancasila, namun gagal karena dilihat dari Partai Patriot yang pada saat itu masih menjadi partai kecil karena baru merintis. Dan akhirnya tahun 2014 Ia mencoba nyaleg lagi melalui Partai Nasdem, Yati menang di mahkamah partai dan seharusnya berhasil untuk bisa menjadi dewan selama 2,5 tahun, namun karena Partai Nasdem pada saat itu adalah partai baru maka tidak ada perubahan posisi untuk Nasdem di seluruh Indonesia.