Wajah bulat, perut gendut, topi kerucut, dan senyum yang selalu tersimpul di wajah, itulah ciri khas sang peniup. Seperti namanya Sang peniup, maka setiap hari yang ia lakukan adalah meniup. Tapi tiupan sang peniup ini spesial. Semburan anginnya mampu meniup keraguan yang berdiam dalam diri manusia. Sang peniup mampu mencium dan melihat keraguan yang miliki setiap orang.
Keraguan itupun berbeda – beda menurut besarnya kecemasan yang ditimbulkan pada si empunya keraguan. Keraguan yang kecil tidak berbau, bentuknya bulat kecil berwarna hijau gelap. Sang peniup selalu melihat keraguan ini hinggap di pundak orang, sehingga menimbulkan rasa beban pada diri orang tersebut. Keraguan yang sedang baunya sedikit tajam seperti bau rumput kering yang terbakar, bentuknya sudah tidak bulat lagi tapi seperti bola yang benjol disana – sini, ukurannya juga lebih besar dan berwarna biru tua. Keraguan ini biasanya hinggap di punggung atau dada orang, sehingga orang itu selalu merasa terbebani dan bahkan merasa sesak. Dan terakhir keraguan besar yang sangat jarang terjadi. Baunya busuk seperti ikan busuk yang dijemur ditengah terik matahari, bentuknya tidak beraturan sangat besar warnanya merah tua kelam. Keraguan ini menindis orang yang mempunyainya, sehingga orang itu selalu merasa terbebani, sesak, dan kepala yang pusing.
Seperti biasa Sang peniup berjalan menelusuri hutan untuk menuju kota. Rumahnya terletak bagian terpisah dari kota yang dipisah oleh sebuah hutan. Sang peniup berjalan dengan riang langkahnya ringan. Saat memasuki hutan matanya melihat sebuah lingkaran hijau gelap, sebuah keraguan kecil yang hinggap dipundak seorang pemburu. Pemburu itu sedang berdiam diri melihat perangkap di depannya. Sang peniup segera tahu kalau keraguan itu ditimbulkan karena hal itu. Ia langsung menghampiri pemburu dari belakang. Menyapanya
“ Selamat pagi pemburu “ Sapa Sang peniup sambil mengangkap topi kerucutnya
“ Ah Sang peniup, selamat pagi “ Balas Pemburu
“ Ada permasalahan apa pemburu? Kulihat kamu hanya berdiam memandangi perangkap itu “ Kata Sang peniup sambil menunjuk perangkap yang dimaksud
“ Ah iya, aku sedang dilanda keraguan, perangkapku ini sudah tua tapi terlihat masih bagus. Aku ragu apakah aku harus menggantinya dengan perangkap baru atau membiarkan perangkap tua ini sampe ia mendapatkan mangsa. “ Kata pemburu menjelaskan
“ Itu mudah saja, mari kubantu meniup keraguanmu sehingga kamu bisa mengambil keputusan. “
Fuhhh !
Sang peniup langsung meniup kearah bola keraguan yang hinggap dipunggung pemburu itu. Semburan angin kecil menerbangkan keraguan kecil itu, terbang dan terus menghilang dari pandangan sang peniup. Setelah bola keraguan itu menghilang, wajah cerah tampak di wajah si pemburu, keraguannya telah hilang. Ia telah mengambil keputusan. Kemudian ia mengeluarkan perangkap barunya dan mengganti perangkap tuanya.
“ Ah terima kasih Peniup “
Senyum di wajah sang peniup semakin lebar. Ia kembali menelusuri hutan itu hingga menemukan aliran sungai. Suara air mengalir seperti tanpa masalah membuat perasaan sang peniup tenang, tapi kelihatannya tidak demikian untuk seorang ibu yang sedang mencuci pakaian dipinggir sungai itu. Tampak sebuah bola benjol – benjol menindih punggung ibu itu. Sang peniup langsung tahu kalau ibu itu sedang dilanda keraguan. Bau seperti rumput kering yang terbakar semakin tercium ketika ia melangkah mendekati ibu itu.
“ Selamat pagi Bu “ Sapa Sang peniup
“ Ah sang peniup selamat pagi “ Balas ibu itu berusaha tersenyum
Sang peniup melihat keraguan itu terus berubah , semakin besar. Kalau tidak segera dihilangkan pasti keraguan itu akan semakin membesar dan menjadi keraguan besar yang akan semakin susah dihilangkan.
“ Ibu sepertinya sedagn dilanda keraguan? Apa yang sedang ibu ragukan? “ Tanya sang peniup. Bertanya dan membiarkan sipemilik keraguan bercerita dapat membantu mengurangi besarnya keraguan dalam diri orang itu, makanya sang peniup selalu berusaha bertanya terlebih dahulu sebelum berusaha meniupnya. “