Tentunya dari tiga karkater siswa ini ada beberapa yang akan menimbulkan dampak pembiasaanya di sekolah. Seperti, terlihat kurang bersemangat, menjadi pelku perundungan, mendapat perundungan, atau terjadi penyimpangan sikap dari mereka. Hanya sedikit dari mereka yang bisa melihat permsalahan hifup yang mereka alami bisa menjadi penyemangat diri.
Ketika satu permasalahan muncur yang menjadi garda depan informasi siswa adalah wali kelas. Adanya tes diadnostik diri ini tentunya akan sangat membantu wali kelas dalam menilai, memperlakukan, dan membantu siswa dalam permasalahnnya. Karena perlu diketahui pula jika permasalahan siswa di sekolah tidak semata-mata hanya disebabkan kondisi lingkungan sekolah.Â
Kenakalan atau permasalahan anak dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal sekolah. Wali kelas sama dengan guru, sebagai penyalur ilmu sekaligus tugas tambahannya memperhatikan anak secara khusus.Â
Mengapa hal itu dilakukan? Tentu saja tujuan pendidikan yang diberikan tidak sebagas mengtrasfer ilmu, tetapi hasil keluaran merekalah yang akan digunakan. Di mana hasil keluaran siswa tersebut akan berkaitan dengan kepribadian dan cara perlakukan terhadap siswa.
Jika orangtua menjadi pendidik pembentuk karakter, guru menjadi penyalur ilmu dan menjadi fasilitator kemampuan siswa, serta madrasah menjadi dasar menguatkan adap dan etika secara religiusnya, anda bisa membayangkan bagaimana eloknya sirkulasi pendidikan saat ini.
Semua elemen harus bersinergi dalam fokus membentuk karakter. Orangtua, guru tidak bisa dengan cara egois dalam mendidik jika proses pendidikan akan berhasil. Tidak serta merta semua dipasrahkan pada salah satu pihak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H