Terlalu sering makan tentu tidak bagus untuk kesehatan, terlalu dingin akan membuat tubuh mengalami hipotermia, terlalu sedih dapat membuat efek depresi yang berlebihan, atau terlalu senang menjadikan orang tidak bisa mengontrol diri.‘Terlalu’ identik dengan ketidaknyamanan karena sesuatu hal, baik berlebihan atau kekurangan.
Setiap manusia membutuhkan keseimbangan dalam hidupnya, termasuk juga keseimbangan dalam belajar. Siswa yang terlalu sering belajar akan mengalami ketimpangan pada aktivitas hiburannya sehingga membuat mereka mengalami tekanan-tekanan psikologis yang berdampak pada kurang optimalnya prestasi.
Begitu pula dengan mata pelajaran matematika dalam Kurikulum 2013 ini. Walaupun sudah direvisi, dan tidak di terapkan secara nasional penggunaanya oleh sekolah namun banyaknya jumlah jam matematika perlu mendapat perhatian khusus. Matematika sebagai mata pelajaran wajib mendapatkan porsi jam tambahan di dalam Kurikulum 2013 ini.
Bertambahnya jam dapat membantu guru matematika, karena dengan jam mengajar yang banyak dapat membantu guru untuk menyampaikan semua materi. Kalau beruntung masih memiliki sisa waktu, dapat digunakan untuk mereview materi. Namun, apakah kondisi siswa memungkinkan untuk menerima mata pelajaran matermatika dalam porsi yang banyak?
Ada dua kemungkinan, siswa menjadi lebih pandai matematika atau justru siswa menjadi kurang antusias dengan pelajaran matematika. Jika opsi pertama terpenuhi, maka kebanggaan bagi siswa dan sekolah karena banyak siswa pandai matematika. Namun apabila opsi kedua lebih banyak didapati, bisa menjadi menjadi boomerang bagi mata pelajaran matematika.
Untuk itu, diperlukan sinergi yang baik antara siswa dan guru dalam mensiasati kondisi ini. Mereka perlu mengatur strategi agar pelajaran matematika tetap menjadi pelajaran yang menyenangkan walaupun diberikan secara terus-menerus.
Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan belajar konsep dasar untuk diaplikasikan dalam kehidupan.
Siswa Indonesia adalah siswa yang sudah memiliki banyak pengetahuan tentang operasi matematika dibandingkan siswa setingkat di luar negeri. Operasi integral misalnya, sudah disampaikan dari sekolah menengah atas, sementara di Jerman integral baru disampaikan ketika menginjak kuliah.
Jadi sebenarnya, siswa kita memiliki potensi yang baik dalam bidang matematika. Hanya saja apabila pertanyaan yang diberikan sudah berupa konsep dasar seperti bagaimana mendapatkan rumus, siswa kurang memiliki kemampuan untuk menjelaskannya. Hasil dari itu semua, apabila ada penggantian atau modifikasi soal matematika, sebanyak apapun jam belajarnya, siswa membutuhkan adaptasi yang relatif lebih lama untuk menyelesaikan.
Penting kiranya konsep dasar diberikan kepada siswa disertai kegunaan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari melalui sistem pembelajaran yang menarik. Memperbanyak soal cerita, mengunjungi lembaga-lembaga yang mengaplikasikan matematika dalam pekerjaannya, atau dengan menggunakan permainan-permainan edukatif yang merangsang keingintahuan siswa.
Siswa juga bisa diberi tugas untuk menghitung luas kamar mereka, atau mencari rute alternatif berangkat ke sekolah dengan berbagai kriteria hitungan matematika, mencari sudut penempatan lampu belajar agar mencapai terang maksimal, dan masih banyak hal lainnya.Sebagaimana kita belajar, sendok berfungsi sebagai alat makan, siswa dan guru juga perlu tahu apa fungsi integral dan trigonometri dalam kehidupan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H