Mohon tunggu...
Banyu
Banyu Mohon Tunggu... Seniman - Eksplorasi Rasa

Writing for happy ending

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berdamai Dengan Diri

15 Agustus 2015   06:40 Diperbarui: 25 Desember 2020   21:51 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi masihlah gelap, suasana hening dan damai menyelimuti kompleks perumahan mewah di pusat kota surabaya itu. Dalam keadaan seperti ini, terlihat dari salah satu rumah di kompleks tersebut,lampu kamar telah menyala. Di dekat jendela kamar lantai 2 sana terlihat sosok seseorang yang sepertinya sedang sibuk mengerjakan sesuatu. Adalah benar di pagi buta ini, Ghani sedang mempelajari lagi materi – materi yang akan digunakan untuk presentasi kepada calon investor bagi perusahaan dimana dia bekerja. Ghani pria berusia 27 tahun, seorang Asisten marketing manager di sebuah perusahaan pembuatan kapal di Surabaya. Tidak jauh dari meja kerjanya dikamar itu terlihat seorang wanita cantik tidur lelap memeluk anak kecil dalam dekapnya. Wanita itu adalah istri Ghani, Dita namanya. Sedang anak laki – laki kecil itu adalah anaknya yang baru berumur 2,5 tahun, putra.

segala persiapan telah diselessaikan, strategi pun tak lupa telah ia matangkan. Setelah semua beres, dilihatnyalah kedua orang yang disayanginya itu dari tempat duduknya itu. Termenung ia melihat pemandangan itu. Senyum tipis terukir diwajah pria itu. sungguh ia merasa sangat beruntung bisa memiliki keduanya. Namun entah mengapalah ada sedikit terbesuk perasaan ragu dalam pikirnya. Haruskah ia berangkat ke Jakarta ? Karena sepertinya akan berat rasanya untuk perjalanan dinas kali ini. Bukan karena takut akan penolakan dari calon investor namun ia takut dengan dirinya sendiri. Takut hilang kendali. karena ingat akan seseorang yang bertugas bersama dia dalam perjalanan dinas ini. Seseorang yang menjadi cobaan besar dalam menjalani kehidupannya. Seseorang yang menggelayuti pikirannya  secara diam – diam selama ia bekerja di perusahaan tersebut.

Tak berapa lama kemudian adzan subuh telah berkumandang. Ia bangkit dari duduknya, Kemudian ia membangunkan Dita yang masih tertidur pulas.

“Ma, bangun. Sudah Subuh ini” kata Ghani pelan sambil mendekatkan tubuhnya kepada istrinya dari samping.

Tak lama, bangunlah kemudian Dita dari tidurnya. Sambil melihat suami disampingnya, senyuman manja muncul dari wajah itu.

“Mmm, tumben papa udah bangun jam segini ? “ kata Dita sambil mengucek mata nya belum terbuka sepenuhnya.

“Sekali – kali lah. Ayo bangun yo, masa istri kalah bangun duluan sama suami ”Goda ghani kepada istrinya sambil menarik pelan dari kasurnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi ketika mereka selaesai menunaikan sholat subuh berjamaah di kamar itu.

“Pa, nanti jadi berangkat ke jakarta ?” tanya Dita sambil melipat mukenanya

“Ia, jadi ma”

“Nanti jakartanya sama siapa saja Pa ?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun