Mohon tunggu...
Banyu
Banyu Mohon Tunggu... Seniman - Eksplorasi Rasa

Writing for happy ending

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Chatting Semalam Mengajariku

13 Agustus 2015   01:21 Diperbarui: 30 Maret 2019   05:59 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jam menunjukkan pukul 7 malam. Malam ini Dina memilih untuk diam di kamarnya sendirian, ia tak ingin pergi kemana  - mana dan sungguh tak ingin diganggu oleh siapapun. Akhir – akhir ini entah mengapa banyak sekali hal – hal yang menjengkelkan terjadi dalam dalam hidup pikirnya. Kenapa masalah tak mengenakkan silih berganti datang menghampirinya. Belum juga selesai urusan pelik dengan dosen tentang argumentasi yang menyudutkan saat dikelas dulu berujung pada nilai yang menurutnya tidak fair.

Kini nambah lagi urusan organisasi yang yang tak kalah memanaskan hati. Betapa tidak kasus permasalahan penyalahgunaan keuangan organisasi yang hari ini santer menjadi perbincangan di Himpunan, mencatut namanya sebagai salah seorang tertuduh. Dalam isu tersebut uang organisasi digunakan oknum bendahara yang mengelolanya untuk keperluan pribadi. Namun dina merasa tidak pernah memakai sepeserpun uang di organisasi tersebut. Dina memang Bendahara dua di Himpunan kampusnya. Bersama Sari Sebagai Bendahara utama serta Nanda sebagai Bendahara 1. Dan menurut informasi yang didapatinya ternyata Sari dan Nandalah yang menggunakan uang tersebut. Sore tadi, ia habis berdebat hebat dengan kedua rekannya tersebut, karena ulah mereka kini dina juga ikut terkena getah pula untuk bertanggung jawab kaerena dananya akan segera digunakan untuk acara organisasi. Dina hanya ngga habis pikir saja mengapa mereka bisa – bisanya melakukan hal tersebut.

Malam itu sebenarnya ia juga ada janji dengan pacarnya, tapi urung ia batalkan karena badmood yang melandanya itu. Ia hanya bergelut dengan buku catatan kecilnya. Adalah kebiasaannya untuk menuliskan segala permasalahan yang dihadapinya dengan menuangkannya pada tulisan. Menurutnya selama ini, itulah cara terbaik untuk membuang stress yang melandanya. Berlembar – lembar halaman telah selesai ia tuliskan, namun sepertinya kegelisahan diwajahnya masih nampak begitu jelas. Dengan ekspresi kesal yang terukir diwajah, ditutuplah buku catatan itu. Ia memandangi cover catatannya itu sambil memainkan pena di atas buku tersebut, pikirannya menerawang akan sesuatu. Dan beberapa saat kemudian ia bangkit dan mengambil laptopnya yang terletak tak jauh dari tempat tidurnya.

Dinyalakanlah laptop itu  dan kemudian ia membuka skype serta situs chatting instan favoritnya yang terhubung ke banyak orang diseluruh dunia. Mungkin ini bisa sedikit menenangkan pikirnya. Tak membutuhkan waktu lama bagi Dina untuk terhubung dengan dunia maya. Dunia keduanya bahkan mungkin bagi kebanyakan orang saat ini.

Di situs chating instan itu, semua orang di dunia terhubung disitu. Yang Dina suka dari Chatting instan ini adalah, karena hanya cukup daftar jadi anggota dan online maka semua orang bisa chatting dengan siapapun yang ia minati asalkan ia sedang online. Tak perlu menunggu ijin pertemanan ataupun follow - followan seperti kebanyakan situs media sosial saat ini, Jadi lebih bebas dan lebih menyenangkan. Kalo tertarik tinggal ajak chatting kalo tidak tertarik tinggal tekan tombol next. Dina sudah online, ditelusurinya orang – orang di sana yang berubah acak terus menerus seiring ditekannya tombol next. Ia bisa melihat rupa orang seluruh dunia di situs chat instan ini, mulai dari orang Amerika, Inggris, Italy, Turki, Mesir, India, China dan banyak lagi termasuk orang orang Indonesia. beberapa saat ia terlihat mengetik di papan keyboardnya, ia sedang chatting dengan seorang pemuda hispanik yang nanya – nanya hal basa – basi kepadanya. Dina hanya menjawab singkat dan seadanya. Ia merasa malas karena yang seperti ini ujung – ujungnya minta yang macam – macam. Ditekannya tombol next, seorang pria berusia 40 an dari yunani. Ditekannya lagi, kali ini seorang Gadis berwajah arab dari Mesir. Dina menyapa dengat chat namun beberapa saat kemudian si gadis arab itu telah pergi dan berganti seorang pria yang kalau dilihat dari fotonya seperti rupa – rupa orang Turki. Sang pria itu menyapa

“Hi yang disana”

“Hi Juga” balas Dina

“Sedang apa ? bagaimana kabarnya disana ?”

“Ga ngapa – ngapain. Hmmm, baik-baik aja” jawab dina asal

 “Boleh tau namanya siapa ? “

“Dina”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun